Friday 27 January 2012

Kiat ESEMKA (SMK) : Sebuah Catatan

Beberapa waktu yang lalu, kita disuguhi berita anak-anak SMK yang berhasil merakit berbagai jenis alat transportasi. Berbagai alat transportasi tersebut mulai dari jenis mobil, bus, truk hingga pesawat terbang. Misalnya anak-anak SMK di Solo yang berhasil merakit kendaraan jenis mobil dengan komponen lokal hingga 80 persen dan diberi nama Kiat ESEMKA. Juga anak-anak SMK Muhammadiyah Borobudur yang berhasil merakit jenis kendaraan bus, bahkan dengan type khusus—yaitu bus dengan desain panggung. Dan masih banyak lagi SMK-SMK lain dengan “produk” keunggulanya masing-masing.

Menurut saya ini keberhasilan luar biasa. Dan keberhasilan anak-anak SMK ini layak diapresiasi oleh siapa saja. Misalnya oleh lembaga terkait (kementrian pendidikan), bupati/walikota, gubernur, swasta dan sebagainya. Artinya, keberhasilan yang mereka tunjukkan harus dihargai dengan cara-cara tertentu. Dan cara-cara tersebut harus mampu memberikan semangat dan dorongan untuk lebih maju serta lebih baik dalam menghasilkan karya-karya bermanfaat dan futuristik. Apa yang dilakukan oleh Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi) dengan langsung memilih Kiat ESEMKA (SMK) sebagai kendaraan dinasnya adalah sesuatu yang tepat. Apa yang dilakukan Jokowi adalah bentuk apresiasi konkrit dari seorang pejabat publik. Terlepas dari masih banyaknya kekurangan karya siswa SMK tersebut, tetapi dengan dorongan dan semangat dari berbagai pihak tentu akan menambah semangat anak-anak SMK berlipat-lipat dan pada gilirannya akan menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kemandirian dan martabat bangsa dan negara Indonesia.

Mengenai apresiasi ini, sekali lagi

keberhasilan yang mereka tunjukkan harus dihargai dengan cara-cara tertentu. Dan cara-cara tersebut harus mampu memberikan semangat dan dorongan untuk lebih maju serta lebih baik dalam menghasilkan karya-karya bermanfaat dan futuristik. Terlepas dari masih banyaknya kekurangan karya siswa SMK tersebut, tetapi dengan dorongan dan semangat dari berbagai pihak tentu akan menambah semangat anak-anak SMK berlipat-lipat dan pada gilirannya akan menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kemandirian dan martabat bangsa dan negara Indonesia

menurut saya, apa yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo adalah tidak tepat. Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi) yang memberikan apresiasi terhadap karya siswa SMK yang berupa “Kiat SMK” dengan menjadikannya sebagai kendaraan dinas dikatakan oleh Gubernur Jawa tengah sebagai “cari muka”. Bagi saya, ini sesuatu yang aneh. Ketika ada orang yang dengan ikhlas memberikan apresiasi terhadap karya anak-anak SMK, yang tentu saja ada nilai edukasi di dalamnya, Gubernur Jawa Tengah malah melontarkan kalimat-kalimat sinisme. Apa yang dilakukan Gubernur Bibit Waluyo sangat tidak tepat dan mendidik. Mestinya, kalau tidak berkenan memberikan apresiasi lebih baik diam dan wait and see terhadap perkembangan karya anak-anak SMK. Mungkin tepat kalau bercermin pada sabda Nabi Muhammad :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda :”…dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah berkata yang baik, atau (kalau tidak bisa, lebih baik) diam” (HR. Bukhari)

Kiat ESEMKA : Potret Keberhasilan Pendidikan Indonesia?


Keberhasilan anak-anak SMK menelurkan berbagai karya positif sebagaimana tersebut di atas, apakah merupakan cerminan keberhasilan pendidikan Indonesia? Wa Allahu a’lam. Keberhasilan sebuah pendidikan memang tidak bisa diukur dari satu sisi semata (ad hoc, parsial), tetapi harus menyeluruh. Kalau sudut pandangnya adalah kompetensi dasar dan indikator tertentu, barangkali jawabannya adalah ya. Sebagaimana keberhasilan anak-anak Indonesia yang mendapatkan medali dalam berbagai ajang olimpiade regional maupun internasional, bila keberhasilan pendidikan diukur dari keberhasilan mendapatkan medali dalam event olimpiade maka berarti pendidikan kita berhasil.

Tetapi sekali lagi, keberhasilan pendidikan tidak dapat diukur hanya dari satu sisi keberhasilan semata. Tolok ukur keberhasilan pendidikan Indonesia adalah seberapa berhasilnya pendidikan kita mencapai sasaran yang ditentukan dalam tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 UU Sisdiknas, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Keberhasilan mendapatkan medali dalam ajang olimpiade regional dan internasional di berbagai bidang : sain; computer; robot dan yang lain, juga keberhasilan anak-anak SMK melahirkan berbagai karyanya jangan sampai melenakan kita. Apalagi mempunyai anggapan bahwa tujuan

Kalau kita sebagai guru tidak mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan anak-anak didik kita untuk hidup sesuai zamannya maka bisa dipastikan KITA GAGAL sebagai guru. Jelasnya adalah, ketika kita mengajar dan mendidik hari ini adalah bukan untuk hari, melainkan hari depan ketika anak-anak didik kita dewasa. Apa yang kita berikan hari ini adalah untuk menjawab tantangan masa depan mereka

pendidikan telah tercapai. Masih sangat jauh dari kata berhasil, karena pada prinsipnya pendidikan adalah sebuah proses.

Namun demikian, kita pantas berbangga terhadap segala prestasi yang telah ditorehkan anak-anak Indonesia. Di tengah-tengah sorotan media yang menggambarkan sering terjadinya tawuran antar pelajar dan mahasiswa, ternyata masih banyak anak-anak yang mampu berprestasi dan membanggakan serta mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara Indonesia. Ya, kita bangga terhadap anak-anak didik kita!

Berbagai torehan prestasi anak-anak Indonesia, menurut saya, merupakan bukti pula keberhasilan para guru dalam proses pendidikan. Torehan prestasi anak Indonesia adalah juga prestasi guru Indonesia. Harus diakui bahwa kapabilitas serta kemampuan guru Indonesia telah meningkat pesat walau belum sempurna. Tetapi kenaikan grafik peningkatan kemampuan semakin tinggi dan tinggi.

Peningkatan kapabilitas dan kompetensi guru adalah sebuah keniscayaan. Kesiapan dan kecakapan guru dalam memberikan pendidikan kepada semua peserta didik mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan, guru harus mempersiapkan setiap anak didiknya untuk hidup bukan untuk zaman sekarang, zamannya para guru, melainkan 20 hingga 50 tahun kedepan. Duapuluh hingga limapuluh tahun kedepan adalah zamannya anak-anak kita. Indonesia akan seperti apa, sangat tergantung kepada mereka. Kalau kita sebagai guru tidak mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan anak-anak didik kita untuk hidup sesuai zamannya maka bisa dipastikan KITA GAGAL sebagai guru. Jelasnya adalah, ketika kita mengajar dan mendidik hari ini adalah bukan untuk hari ini, melainkan hari depan ketika anak-anak didik kita dewasa. Apa yang kita berikan hari ini adalah untuk menjawab tantangan masa depan mereka.

Ali Karrama Allahu Wajhahu lima belas abad yang lampau telah memberikan warning akan hal di atas terhadap para guru sebagaimana tertuang dalam sebuah makalah berbahasa Arab “maqaallatu mauqi’i al-aluukah” :

عَلِّمُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلٰى غَيْرِ شَاكِلَتِكُمْ فَإِنَّهُمْ مَخْلُوْقُوْنَ لِزَمَانٍ غَيْرِ زَمَانِكُمْ

“didiklah (persiapkanlah) anak-anakmu atas hal yang berbeda dengan keadaanmu (sekarang) karena mereka adalah makhluk yang hidup untuk satu zaman yang bukan zamanmu (sekarang)”

Demiakian posting kali ini yang masih terkait dengan dunia pendidikan kita. Sebelumnya posting tentang Tips Islami Menhadapi Ujian Nasional telah disajikan kepada pembaca setia blog Materi Dakwah Islam dan Kultum. Dan sekarang tema tentang Kiat ESEMKA (SMK) disajikan kepada para pembaca sebagai sebuah catatan kecil. 

Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment