Islam adalah salah satu agama yang memberikan perhatian terhadap kelestarian alam. Banyak terdapat dalam al-Qur’an larangan terhadap membuat kerusakan alam. Alam yang terdiri dari banyak unsur diantaranya, tanah, air, udara, hutan, satwa dan sebagainya. Kesemuanya adalah diperuntukkan bagi manusia. Manusia bebas mengambil manfaat dari alam, dengan catatan tidak berlebihan atau melampaui batas dan tidak membuat kerusakan di dalamnya. Kerusakan alam yang diakibatkan oleh ulah manusia akan ditanggung juga oleh manusia. Kebolehan manusia memanfaatkan alam diterangkan secara eksplisit oleh Al-Qur’an :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوٰىۤ إِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمٰوَاتٍج وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak vcgfxcccccmenuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 29)
Segala kerusakan yang terjadi di darat maupun di laut diklaim oleh Allah disebabkan oleh perbuatan manusia. Kita percaya terhadap ungkapan Allah ini. Faktanya adalah musnahnya hutan Indonesia akibat adanya proses penggundulan hutan yang luar biasa atau yang disebut dengan illegal logging. Karena penggundulan hutan tersebut mengakibatkan pemanasan global, tanah longsor, banjir bandang dan menipisnya persediaan air.
Contoh lain dari ketidakmampuan mempertahankan kelestarian alam adalah pencemaran udara dan air. Pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia telah melebihi ambang batas aman. Artinya, pencemaran udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar ini dapat mengancam kesehatan. Karbon yang dihasilkan dari pembakaran oleh kendaraan bermotor ini dapat berakibat pada penyakit kanker.
Prilaku tak terpuji juga ditunjukkan saat membuka lahan baru dengan cara dibakar. Akibatnya terjadi kabut asap yang sangat mengganggu aktifitas warga. Tidak jarang penerbangan juga dibatalkan akibat kabut asap yang mengganggu. Kabut asap ini juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Asap yang terhirup mengakibatkan infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA.
Macam-macam prilaku manusia yang merusak tentu masih banyak. Prilaku tak terpuji inilah yang diklaim oleh Allah sebagai penyebab kerusakan di daratan maupun di lautan. Sebagaimana firman-Nya :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. قُلْ سِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُج كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ. فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ الْقَيِّمِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لاَ مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللهِصلى يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ. مَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُصلى وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِاَنْفُسِهِمْ.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah. Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barang siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan)” (QS. Ar-Rum : 41-44)
Padahal manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi (QS. Al-Baqarah : 30). Sebagai khalifah berarti manusia adalah “wakil” Allah di muka bumi.sebagai “wakil” Allah maka dia harus bertindak dan berprilaku sesuai dengan keinginan yang memberikan mandat. Tindakan yang diinginkan Allah kepada manusia adalah memakmurkan bumi. Memakmurkan bukanlah berarti merusak, akan tetapi memakmurkan berarti memperlakukan bumi dan isinya sebaik-baiknya sehingga dapat memberi manfaat tidak saja kepada manusia sekarang ini tetapi juga manusia hingga hari Kiamat.
Sebagai pemakmur bumi, manusia harus benar-benar membangun dan menciptakan peradaban yang care terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Bukan pembangunan yang semu, yaitu pembangunan yang hanya dalih padahal sejatinya adalah merusak sebagaimana kebiasaan orang-orang munafik. Orang munafiq ketika dilarang untuk merusak alam –padahal benar-benar merusak—meraka selalu mengatakan,”tidak, aku tidak merusak. Aku sedang membangun dan memperbaiki alam”. (Q S. Al-Baqarah : 11-12)
Tugas manusia sebagai pemakmur bumi ini secara jelas termaktub dalam Hud : 61
وَإِلىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًاج قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُصلى هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ اْلأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِج إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud : 61)
Apa yang sudah Allah anugerahkan kepada kita yang berupa alam semesta dengan segala manfaatnya ini harus disyukuri. Bersyukur adalah menggunakan segala pemberian-Nya sebagai sarana atau media pengabdian hamba kepada sang Maha Pemberi yaitu Allah swt. Bersyukur juga berarti menggunakan nikmat sesuai dengan yang dikehendaki Dzat yang Memberi. Keinginan Dzat yang memberikan alam semesta ini adalah agar alam ini dapat termanfaatkan sebagaimana mestinya dalam jangka waktu hingga berakhirnya dunia ini. Kalau dalam memanfaatkan alam dengan merusak, maka anak cucu kita di kemudian hari tentu tidak dapat memanfaatkannya dikarenakan telak rusak.
Prilaku menjaga kelestarian alam adalah bukti syukur kepada Allah, sehingga Allah melipatgandakan nilai guna dari alam. Sebaliknya prilaku merusak alam adalah bukti kekufuran kita terhadap karunia yang berupa sumber daya alam yang melimpah ini. Maka sangatlah logis bila prilaku kufur nikmat ini berdampak pada bencana yang menimpa manusia sendiri seperti banjir, tanah longsor, menipisnya ketersediaan air, anomali musim dan lain sebagainya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ َﻻَزِيدَنَّكُمْصلى وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".”(QS. Ibrahim : 7)
Keberpihakan kita terhadap kelestarian alam tidak saja berdampak postif bagi kehidupan kita selama di dunia, tetapi juga saat kita berda di alam akhirat setelah meninggal nanti. Hal ini merupakan penghargaan yang luar biasa dari Allah kepada manusia yang peduli dan care terhadap kelestarian alam. Sekecil apapun upaya kita dalam hal ini, Allah sangat menghargai. Prinsipnya adalah, apapun bentuk perlakuan kita kepada alam semuanya akan berpulang kepada kita sendiri. Apakah kita memperlakukan alam dengan buruk? Bila demikian, keburukan akan menimpa kita. Sebaliknya, apakah kita memperlakukan alam dengan baik dan semestinya? Bila demikian, maka alam akan memberikan manfaatnya dengan tak terbatas waktu kecuali hari Kiamat.
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَ يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلاَ فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash : 83-84)
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-Qashash : 84)
Akhirnya, marilah kita berprilaku terpuji kepada alam. Kita jaga kelestarian alam ini sebagai bentuk amanah dan titipan untuk anak dan cucu kita kelak. Prilaku kita terhadap alam saat ini sangat menentukan nasib alam kelak di kemudian hari. Akankah alam sebagai anugerah Allah yang tak terhingga nilainya ini masih lestari sampai akhir kehidupan. Materi Dakwah dan Kultum
No comments:
Post a Comment