Friday, 30 December 2011

Nasehat dan Catatan Akhir Tahun 2011

Nasehat dan tausiyah perlu disampaikan karena kita berada di akhir atau penghujung tahun 2011. Artinya, sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru 2012. Materi Dakwah Islam dan Kultum memberikan catatan akhir tahun dan tahun baru sebagai bentuk refleksi untuk kita renungkan mengingat saat ini adalah momentum yang baik.

Tahukah Engkau wahai saudaraku,

Saudaraku..., sekiranya engkau lupa, lewat catatan akhir tahun ini aku mengingatkan agar engkau tak lagi memperturutkan hasrat dan keinginan duniawimu. Hentikan tertawa terbahak-bahak dan pesta poramu, karena engkau segera menghadap Tuhanmu!

setiap kali Engkau berada di penghujung atau akhir sebuah tahun dan memasuki tahun baru sesungguhnya usia dan jatah hidupmu di dunia telah berkurang satu tahun lagi. Seiring semakin besarnya angka usiamu dan tahun maka itu artinya waktu untuk hidup di dunia telah semakin sedikit. Dan semakin sedikitnya sisa waktumu hidup di dunia berarti semakin dekatlah engkau akan bertemu Tuhanmu, Allah subhanahu wa ta’ala.

Wahai saudaraku, pantaskah engkau berpesta pora dan bergembira tak terkira ketika sisa hidupmu tak lagi cukup untuk menunggu lusa. Pantaskah engkau menghamburkan uangmu sekedar memperturutkan nafsu dan hasrat duniawimu ketika sebentar lagi engkau tiada. Dan elokkah engkau tertawa terbahak-bahak menertawakan semakin dekatnya waktu enkau bertemu dengan Sang Pencipta.

Saudaraku..., sekiranya engkau lupa, lewat catatan akhir tahun ini aku mengingatkan agar engkau tak lagi memperturutkan hasrat dan keinginan duniawimu. Hentikan tertawa terbahak-bahak dan pesta poramu, karena engkau segera menghadap Tuhanmu!

Cobalah flash back wahai saudaraku. Ingat-ingatlah dan renungkanlah, apakah selama hidupmu engkau banyak mengabdi kepada Tuhamu. Apakah telah engkau kerjakan segala perintah Tuhanmu. Apakah telah engkau tinggalkan seluruh larangan Tuhamnu.

Saudaraku, harta yang kau kumpulkan dan kau jadikan kebanggaan, apakah akan menyertaimu di saat engkau menghadap Tuhanmu. Apakah rumah dan mobil mewahmu dapat engkau jadikan bekal menjumpai Tuhamnu. Tak satupun harta yang telah engkau miliki dan juga anak-anak dan keluargamu yang menyertaimu dalam perjumpaanmu dengan Tuhanmu. Mereka membiarkamu sendirian dalam kegelapan alam kubur. Mereka membiarkanmu merasakan buah perbuatanmu saat engkau menghadap Tuhanmu.

Pesta poramu pasti berakhir seperti akan berakhirnya hidupmu. Bila engkau masih memiliki iman saudaraku, ber-muhasabahlah, evaluasi dirilah dan introspeksilah akan perjalanan hidupmu yang lalu. Apakah perjalanan hidupmu yang lalu telah banyak engkau peruntukkan bagi pegabdian terhadap Tuhanmu atau sebaliknya. Sekalipun tidak lagi banyak sisa waktu yang engkau miliki, sekaranglah waktunya engkau abdikan dirimu demi Tuhanmu. Tak perduli, berapa panjang dan jauh engkau tersesat dari jalan Tuhanmu. Segeralah berhenti dan berbelok arah untuk kembali menuju jalan Tuhanmu.

Wahai saudaraku, sekali lagi, di akhir tahun ini ijinkan aku memberikan catatan untuk mengingatkanmu bahwa hidupmu tak akan lagi bertambah lama, tetapi sebaliknya, semakin pendek dan singkat. Perbaiki hubunganmu dengan Tuhanmu. Perbaiki amal ibadahmu. Hentikan kemaksiatanmu.

Gunakan waktumu, sisa umurmu, harta bendamu sebagai media menuju Tuhanmu. Segeralah mencari bekal untuk pulang. Dunia ini bukan rumahmu. Dunia ini hanyalah persinggahanmu. Engkau pasti pulang, pulang untuk menghadap Tuhanmu.

Saudaraku, Tuhanmu telah mengingatkanmu sebagaimana termaktub dalam QS Al-Hasyr : 18 – 21 :


يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ لْتَنْظُرْ نَفْسٌ ما قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبيرٌ بِما تَعْمَلُونَ

"Wahai orang-orang yang ber¬iman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan se¬tiap diri, apalah yang telah diper¬buatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada Allah! Sesung¬guhnya Allah itu Maha Menge¬tahui apa jua pun yang kamu kerjakan."

وَ لا تَكُونُوا كَالَّذينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْساهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ

"Dan janganlah keadaan kamu seperti orang-orang yang me¬lupakan Allah, lalu Allah pun membuatnya lupa kepada dirinya sendiri; itulah orang-orang yang fasik."

لا يَسْتَوي أَصْحابُ النَّارِ وَ أَصْحابُ الْجَنَّةِ أَصْحابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفائِزُونَ

"Tidaklah sama penghuni-peng¬huni neraka dengan penghuni¬-penghuni syurga, penghuni¬-penghuni syurga, itulah orang¬orang yang beruntung."


لَوْ أَنْزَلْنا هذَا الْقُرْآنَ عَلى‏ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خاشِعاً مُتَصَدِّعاً مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَ تِلْكَ الْأَمْثالُ نَضْرِبُها لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُون

"Kalau sekiranya Kami turunkan al-Quran ini ke atas sebuah gunung, niscaya akan engkau lihatlah gunung itu tunduk ter¬pecah-belah disebabkan takut kepada Allah; dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami perbuat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Akhirnya saudaraku, terima kasih telah mau membaca catatan akhir tahun ini. Semoga kita semua menyadari akan hakekat dan esensi pergantian tahun."

Ya Allah, mohon engkau tidak hukum kami yang sampai saat ini belum mampu kembali menuju jalan-Mu. Bimbing kami, tunjukkanlah kami, arahkanlah kami menju jalan-Mu di sisa umur dan jatah hidup kami.

Wednesday, 28 December 2011

Tanda-Tanda Orang Bertakwa

Mari kita mengenali tanda-tanda atau indikator orang bertakwa (muttaqin) untuk mengukur diri sendiri, apakah kita sudah termasuk orang bertakwa atau bukan?

Secara etimologis takwa berasal dari وقى يقى وقايتا yang artinya : menutupi, menjaga, berhati-hati, berlindung dan takut. Sedangkan pengertian secara terminologis adalah :

الخوف بالجليل والعمل بالتنزيل والاستعداد ليوم الرحيل والرضى بالقليل

“Takwa adalah takut kepada Dzat yang Maha Mulya, beramal berdasarkan (wahyu) Al-Qur’an, mencari bekal untuk perjalanan akhirat dan ridho terhadap keputusan Allah.”

Berdasarkan terminologi takwa

Mari kita mengukur dan mengaca diri dengan indikator orang bertakwa

di atas maka tanda-tanda atau
indikator orang bertakwa adalah takut kepada Allah, beramal berdasarkan wahyu, mencari bekal untuk kehidupan sesudah mati, dan ridha terhadap keputusan Allah.

Dalil Takut kepada Allah :

...فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“...Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah : 44)

Tanda-tanda atau indikator takut kepada Allah menurut imam Abu Laits ada tujuh macam hal sebagaimana tersebut berikut ini:
  1. Ia memiliki lidah yang selalu menjadikannya sibuk berdzikir atau bertasbih kepada Allah dengan membaca Al-Qur'an dan mempelajari ilmu agama.
  2. Ia memiliki hati yang selalu mengeluarkan dari dalam hatinya perasaan tidak bermusuhan, iri, dengki dan lain sebagainya.
  3. Penglihatannya tidak akan memandang kepada hal-hal yang haram, tidak memandang dunia dengan keinginan hawa nafsu, tetapi ia memandanginya dengan mengambil i'tibar dan pelajaran. Rasulullah SAW bersabda; "Barang siapa
    memenuhi matanya dengan hal-hal yang haram, Allah SWT akan memenuhi matanya
    besok di hari kiamat dengan api neraka".
  4. Perutnya, dia tidak memasukkan hal-hal haram kedalamnya, sebab yangdemikian itu adalah perbuatan dosa, seperti sabda Nabi kita Muhammad SAW yang artinya: "Ketika sesuap haram masuk dalam perut anak cucu Adam, semua malaikat di bumi dan di langit membenci dan melaknat kepadanya, selama suapan itu masih berada dalam perutnya dan kalau ia mati dalam keadaan seperti itu, maka tempatnya adalah jahanam.
  5. Tangannya, dia tidak memanjangkan tangannya kearah hal-hal yang
    haram, tetapi memanjangkannya untuk memenuhi keta'atan.
  6. Telapak kakinya, dia tidak berjalan kepada hal-hal yang haram ataukedalam kemaksiatan, tetapi berjalan di jalan Allah SWT dengan bersahabat atau berteman dengan orang-orang yang sholeh.
  7. Keta'atannya, dia menjadikan keta'atannya itu murni dan ikhlas karena Allah SWT.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal (qs. Al-Anfal : 2)

Dalil Beramal berdasarkan wahyu

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’am : 153)

...وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

... dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (qs. Al-Ahqaf : 26)

Dalil Mencari bekal untuk perjalanan Akhirat

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (Al-Baqarah : 197)

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imran : 133-134)

Dalil Ridho kepada keputusan Allah SWT.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَاۤ أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُواۤ إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّاۤ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (QS. Al-Baqarah : 155-156)

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak dengn penuh keyakinan); maka jika ia memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (menjadi kafir). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (QS. Al-Hajj : 11)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاكُهَا رواه البخاري

“Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya tersebut, sampai pun duri yang menusuknya.” (HR. Al-Bukhariy no.5640)

Tuesday, 27 December 2011

Metodologi Pemahaman dan Pengamalan Islam

Metodologi Pemahaman dan Pengamalan Islam dalam Muhammadiyah menjadi tema posting Materi Dakwah Islam Dan Kultum kali ini. Hal ini dikandung maksud agar kita sedikit mengenal pola pendekatan Muhammadiyah dalam memahami Islam. Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah dan tajdid memiliki ciri khusus dalam memahami Islam. Dalam memahami Islam, Muhammadiyah berhasil memadukan naqli dan aqli, teks dan konteks. Sehingga dengan model pendekatan seperti ini, Muhammadiyah mampu mengikuti perkembangan persoalan keislaman.

Sebelumnya kita telah membaca tentang

Muhammadiyah berhasil memadukan naqli dan aqli, teks dan konteks. Sehingga dengan model pendekatan seperti ini, Muhammadiyah mampu mengikuti perkembangan persoalan keislaman.

Menjadi Muballigh atau Da'i Muhammadiyah yang Bijak dan kini kita mencoba mengenal lebih dekat dengan Muhammadiyah. Perkenalan ini kita awali dengan sedikit mempelajari tentang Metodologi Pemahaman dan Pengamalan Islam dalam Muhammadiyah.

Metodologi Pemahaman dan Pengamalan Islam dalam Muhammadiyah didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam QS. Al-Maidah : 3, QS. Al-Furqan : 1 dan QS. Al-Baqarah : 185. Ayat-ayat yang mengandung prinsip-prinsip dasar tersebut terjemahannya adalah sebagai berikut :

"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah : 3)

"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi peringatan kepada seluruh alam." (QS. Al-Furqan : 1)

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah : 185)

Tiga Kelemahan Mendasar Pemikiran dan Pemahaman Islam

Sesungguhnya dalam proses pemikiran dan Pemahaman Islam bukan tanpa masalah. Dalam pandangan Muhammadiyah, paling tidak ada tiga kelemahan mendasar yang perlu diwaspadai.

Ketiga hal yang merupakan kelemahan pemikiran dan pemahaman Islam tersebut adalah pertama, tercerabut dari prinsip-prinsip agama (al-ushul al-syar’iyyah) yang baku. Kedua, berkutat dalam berbagai persoalan furu’iyyah dan ketiga, kekeliruan dalam menentukan skala prioritas.

Metodologi Pemahaman Muhammadiyah


Secara umum ada tiga pendekatan yang digunakan orang dalam memahami Islam. Tiga pendekatan tersebut adalah naqli (tradisional), pendekatan secara aqli (rasional), dan yang ketiga adalah pendekatan secara kasyfi (mistis).

Dalam perkembangannya, pendekatan-pendekatan tersebut tidak digunakan secara mandiri. Ada upaya untuk menggabungkannya ketika digunakan dalam memahami Islam. Sebagai contoh adalah Al-Asy’ari yang berusaha menggabungkan antara tradisional dan rasional, dan usaha Al-Ghazali mengharmoniskan pendekatan tradisional dan mistis.

Lalu bagaimana dengan Muhammadiyah? Agar dapat mengerti pola yang digunakan Muhammadiyah maka harus menyelam kedalamnya. Dalam Muhammadiyah ada satu majlis yang bertugas mendekati dan memahami Islam. Majlis tersebut adalah Majlis Tarjih.

Majlis Tarjih yang didirikan pada tahun 1927 sebagai hasil kongres ke-16 di Pekalongan menegaskan prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam memahami Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah : (1) kenisbian akal, (2) tidak berorientasi kepada orang atau madzhab, dan (3) keterbukaan dan toleransi.

Pada mulanya Majlis Tarjih dalam memahami Islam, sebagaimana namanya, hanya melakukan tarjih terhadap dua persoalan yang tampak berlawanan. Yaitu memberikan bobot lebih kepada salah satu pendapat dibandingkan yang lainnya. Maka kemudian yang telah mendapat pentarjihanlah yang diamalkan, sementara yang marjuh tidak diamalkan. Dalam kontek ini Muhammadiyah telah melakukan Ijtihad.

Perlu diketahui bahwa tarjih adalah tingkat ijtihad yang paling rendah dari urutan ijtihad yang ada. Urutan ijtihad adalah ijtihad mutlak, ijtihad muntasib, ijtihad dalam madzhab dan tarjih.

Awalnya memang demikian, tetapi seiring perjalanan waktu tarjih dalam Muhammadiyah mengalami perkembangan dari yang semula sederhana, meningkat menjadi mendalam dan luas. Dari yang semula hanya berbentuk pemilihan pendapat, kemudian berkembang menjadi suatu bentuk instinbath hukum bagi kasus-kasus yang belum ditetapkan hukumnya oleh ulama-ulama terdahulu. Dalam proses ini tidak dilakukan secara individual, melainkan melalui forum musyawarah jama’ah.

Ijtihad yang Sering Digunakan Muhammadiyah

  1. Ijtihad Bayani yakni menjelaskan hukum yang kasusnya telah terdapat dalam nash Al-qur’an dan Hadits
  2. Ijtihad Qiyasi yakni menyelesaikan kasus baru dengan cara menganalogikan dengan kasus yang hukumnya telah termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ijtihad Qiyasi tidak digunakan dalam ibadah mahdhah
  3. Ijtihad Istishlahi yakni menyelesaikan kasus baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits dengan cara menggunakan penalaran yang didasarkan atas kemaslahatan
  4. Muhamadiyah hanya mengakui ijma’ yang dilakukan oleh para sahabat nabi.

Demikian, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang Muhammadiyah dan pemikirannya, Muhammadiyah dan gerakannya serta Muhammadiyah dan pendekatan-pendekatannya.

Sunday, 25 December 2011

Ayat Kauniyah dalam Al-Quran

Ayat Kauniyah

Ayat-ayat kauniyah dalam Al-Qur'an sering dilupakan dan tidak mendapat perhatian sama sekali. Sedangkan ayat-ayat tentang fikih (fiqh) dan aqidah mendapat perhatian yang luar biasa besar, bahkan seakan-akan hanya kedua hal tersebut yang terdapat dalam Al-Qur'an.

Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh sedikitnya orang-orang yang faham dan ahli di bidang ayat-ayat kauniyah. Sedangkan yang ahli bidang fikih dan aqidah sangat banyak. Dan juga dimungkinkan pemahaman bahwa bicara Islam dan Al-Qur'an adalah sama saja dengan membicarakan shalat, puasa, zakat, haji dan surga neraka. Padahal tidak, dalam al-Qur'an banyak terdapat ayat-ayat kauniyah yang bila dipelajari dan difahami merupakan kunci bagi kemajuan umat Islam dan dapat bersaing dengan orang-orang Barat yang sudah sangat maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Al-Qur’an tidak sekedar sebagai Kitab Suci, tetapi juga buku ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji. Sinyal-sinyal dan indikator ilmiyah banyak sekali dijumpai dalam rentetan ayat-ayat Al-Qur'an. Dengan memahami dan mempelajari sinyal-sinyal ilmiyah dalam Al-Qur'an ini sesungguhnya umat Islam dapat lebih beriman kepada keMahaKuasaan Allah. Karena secara empirik, kekuasaan Allah dapat dibuktikan dan sekaligus tidak dapat ditandingi oleh siapapun.

Menurut syekh thanthawi, Ayat kauniyah dalam Al-Qur’an ada sekitar 750 ayat. Sedangkan menurut Agus Purwanto ada 1108 ayat. Ayat-ayat ini bisa dieksplore dan dikaji lebih mendalam untuk menjadi ilmu pengetahuan dan memajukan dunia Islam agar tidak selalu terbelakang.

Prinsip Memahami Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang berisi ilmu Allah, manusia diperintahkan untuk berusaha memahaminya. Hasil pemahaman manusia terhadap Al-Qur’an sangat mungkin berbeda antara satu dengan lainnya. Maka kita tidak boleh mengklaim paling benar.

Sikap kita terhadap hasil pemahaman manusia akan Al-Qur’an tidak boleh menyamai sikap kita terhadap Al-Qur’an. Hal ini disebabkan kebenaran al-Qur’an adalah qath’i, sedangkan kebenaran hasil pemahaman manusia adalah relatif. Karena relatif, maka tidak bisa dipegang sebagaimana Al-Qur’an itu sendiri.
Pemahaman manusia terhadap Al-Qur’an sangat dipengaruhi oleh sosial budaya, ekonomi, politik, geografis, penguasaan ilmu, kemampuan yang berbeda, dan sebagainya. Pemahaman manusia dengan latar belakang yang berbeda ini akan sangat memungkinkan menghasilkan perbedaan dalam memahmi teks Al-Qur’an.

Al-Qur’an tidak mengalami perubahan, tetapi pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an itu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan situasi dan keadaan yang melatarbelakanginya. Perkembangan ini secara jelas dipaparkan oleh Allah :

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78)

Contoh ayat yang bisa dieksplor dan yang tidak


Berikut ini adalah contoh ayat bukan kauniyah dan ayat kauniyah yang dapat di eksplor :

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Kepunyaan-Nya lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. As-Sura : 4)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ (25) وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradah-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (QS. Ar-Rum : 25)

(ayat kedua : adalah ayat yang dapat dieksplorasi lebih lanjut, yakni keadaan berdiri dengan iradah Allah. Pertanyaan sederhananya adalah : bagaimana mekanisme dan proses berdiri tersebut, memerlukan waktu berapa lama dan kapan, dan iradah Allah dalam bentuk apa).

Perhatikan ayat berikut : QS. an-Naml : 18

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ 

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”


يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,  makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf : 31)

Demikian semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang Al-Qur’an.

Saturday, 24 December 2011

Cara Berwudlu Rasulullah

Cara berwudlu (berwudhu) menurut Rasulullah yang dipahami oleh Muhammadiyah adalah sebagaimana yang tertuang dalam posting di bawah ini. Secara umum memang tidak ada perbedaan antara berwudlu menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah (HPT) dengan ulama yang lain. Hanya sedikit perbedaan saja dan diharapkan tidak menjadi sebab perpecahan umat Islam.
Tatacara berwudlu menurut Rasulullah bila difahami dalam berbagai macam Hadits tentang wudlu akan dijumpai perbedaan-perbedaan. Dan ini tidak mengapa, karena pada prinsipnya beribadah haruslah ada dalil. Jadi, selama ada dalil keterangan tentang beribadah (termasuk berwudlu) maka sangat diperbolehkan.

Berwudlu ketika hendak shalat diperintahkan oleh Allah, sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Maidah : 6 berikut ini :

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[1] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[2] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur."

[1] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
[2] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.

1.      Cara berwudlu
a. Niat
b. Membasuh telapak tangan tiga kali
c. Menggosok gigi dengan kayu arok atau sejenisnya 3x
d. Berkumur sekaligus menghisap air ke hidup menggunakan tangan kanan 3x dengan sempurna bila tidak sedang berpuasa
e. Membasuh muka 3x dengan menyempurnakannya, yaitu mengusap dua sudut mata, menggosok, melebihkannya, dan menyela-nyelakan air ke jenggot.
f. Membasuh tangan 3x hingga ke siku dengan menggosoknya dan sekaligus sela-sela jari, melebihkan, dan memulai dari tangan kanan.
g. Mengusap ubun dan atas surban dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan mengembalikan lagi ke depan.
h. Mengusap telinga sebelah luar dengan ibu jari dan sebelah dalam dengan telunjuk.
i.  Membasuh kaki 3x termasuk mata kaki dengan menggosok, membersihkan sela-sela jari, melebihkan, dan memulai dari sebelah kanan.
j.  Mengucapkan أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد ان محمد عبده ورسوله

2.   Dalil-dalil atau Hadits tentang wudlu

عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال كل امر  ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أقطع  رواه النسائ
Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan bismillah, maka terputus

عن عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِي اللَّهم عَنْهم عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ رواه البخارى
Sesungguhnya setiap amal itu tergantung kepada niatnya…

عن حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ قال أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِي اللَّهم عَنْهم دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ عُلَمَاؤُنَا يَقُولُونَ هَذَا الْوُضُوءُ أَسْبَغُ مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ أَحَدٌ لِلصَّلَاةِ رواه البخارى ومسلم)
Sungguh Usman bin Affan telah minta air wudlu dan kemudian berwudlu. Maka dia cuci kedua telapak tangannya tiga kali, lalu berkumur dan mengisap air dan menyemburkannya, kemudian membasuh muka tiga kali, kemudian membasuk tangan kanan sampai sikunya tiga kali dan yang kiri seperti itu pula. Kemudia mengusap kepalanya lalu membasuh kakinya yang kanan sampai dua mata kaki tiga kali dan yang kiri seperti itu pula. Kemudian Usman berkata : aku melihat Rasulullah berwudlu seperti wudluku ini…

أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عند كُلِّ وضوء رواه البخاري
Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan ummatku, aku akan perintahkan mereka bersiwak (menggosok gigi) pada tiap kali wudlu.

عن ابى خيرة الصباحى قال كنت في وَفْدِ عبد القيس الذين وفدوا على رسول الله فأمر لنا بأراكٍ فقال : اِسْتَاكُوا بـهذا رواه البخارى
Dahulu saya menjadi utusan Abdul Qais yang menghadap Rasulullah, maka Rasulullah menyuruh mengambilkan kayu arok, lalu bersabda : “bersiwaklah dengan ini!”

ِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدٍ فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثًا رواه الترمذى
Aku melihat Nabi berkumur dan menghisap air dari satu telapak tangan. Beliau melakukan itu tiga kali.

عن لَقِيطِ بْنِ صَبِرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي عَنِ الْوُضُوءِ قَالَ أَسْبِغِ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا رواه الترمذى
Sempurnakanlah wudlu, sela-selailah di antara jari-jari dan sempurnakanlah dalam menghisap air kecuali kamu dalam keadaan puasa.

عن ابى أمامة قال كان رسول الله ص م يمسح الماَقَيْنِ في الوضوء رواه ابو داود
Rasulullah saw mengusap dua sudut matanya dalam berwudlu.
عَنْ أَبَى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيلَهُ رواه مسلم
Kamu sekalian bersinar muka, tangan dan kaki pada hari kiamat sebab menyempurnakan wudlu. Maka barangsiapa yang mampu hendaklah melebihkan sinarnya.

عَنْ عَمَّار بْن قَالَ وَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ رواه الترمذى
Saya melihat Rasulullah saw menyela-nyelai jenggotnya dalam wudlu

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا وَذَكَرَتْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُحِبُّ التَّيَامُنَ مَا اسْتَطَاعَ فِي طُهُورِهِ وَنَعْلِهِ وَتَرَجُّلِهِ رواه النسائ
Sesungguhnya Rasulullah menyukai memulai sesuatu dari kanan, dalam bersuci, bersandal, dan bersisirnya.

عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ وَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى الْعِمَامَةِ وَعَلَى خُفَّيْهِ ...رواه مسلم
Rasulullah mengusap ubun-ubunya dan atas surbannya dan atas sepatunnya…

عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ قال... ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ رواه البخارى
Kemudian ia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dan memulainya dari depan terus ke tengkuknya kemudian mengembalikannya ke tempat dimana ia memulainya.

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ فَقَالَ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِي أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ رواه ابو داود
Kemudian mengusap kepalanya, selanjutnya memasukkan kedua jari telunjuknya kedalam telinganya dan mengusap dengan dua ibu jarinya telinga sebelah luar dan dengan dua telunjuknya bagian dalam telinganya.

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ  إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ رواه مسلم
Barang siapa berwudlu kemudian mengucapkan أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ maka dibukakan pintu-pintu surga yang delapan baginya, yang dapat dimasuki  dari mana yang ia kehendaki.

Demikianlah tatacara berwudlu menurut Rasulullah yang difahami oleh Muhammadiyah. Semoga bermanfaat bagi kita Semua.

Sunday, 18 December 2011

Syarat Harta Yang Wajib Dizakati

Syarat harta yang wajib dizakati harus diketahui oleh setiap para muzakki. Hal ini penting mengingat, sebab ketidaktahuan kita kemudian harta yang seharusnya sudah memenuhi syarat untuk dizakati kemudian tidak dizakati. Dan faktanya, hal ini sangat banyak terjadi.

Zakat adalah ibadah wajib, mengetahui syarat harta yang harus dizakati juga hukumnya wajib.

Berikut ini, Materi Dakwah Islam dan Kultum memposting sesuai pendapat Jumhur (ulama kebanyakan) yang sepakat dan menegaskan bahwa persyaratan bagi harta yang wajib dizakati adalah:
  1. Milik penuh, yaitu kekayaan yang berada di bawah kekuasaan pemilik dan tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain.
  2. Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangkan atau mempunyai potensi untuk berkembang produktif dan memberikan keuntungan atau pendapatan.
  3. Cukup satu nishab, yaitu jumlah minimal harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya dalam waktu tertentu.
  4. Lebih dari kebutuhan biasa (kebutuhan rutin). Yang dimaksud dengan kebutuhan rutin adalah sesuatu yang harus ada untuk ketahanan hidup, seperti makanan, minuman, pakaian, perumahan, dan alat-alat kerja.
  5. Bebas dari utang (pemilikan sempurna). Bila mempunyai utang yang menghabiskan atau mengurangi jumlah satu nishab, maka pemilik tidak wajib mengeluarkan zakat.
  6. Berlaku satu tahun (haul). Persyaratan satu tahun hanya untuk ternak, uang, dan harta perdagangan. Zakat dari jenis harta seperti ini disebut dengan istilah zakat modal. Sedangkan hasil pertanian (seperti buah-buahan dan madu), logam mulia, harta temuan dan lain-lainnya yang sejenis, disebut dengan istilah zakat pendapatan.

Demikian posting tentang Syarat Harta Yang Wajib Dizakati, semoga bermanfaat dan membangun kesadaran unutk menunaikan atau membayar zakat, tidak saja zakat fitrah tetapi juga zakat mal.

Thursday, 15 December 2011

10 Adab dan Etika Berdoa Menurut Al Ghazali

Adab dan Etika Berdoa Menurut Al Ghazali ada 10 (sepuluh). Ke 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa tersebut akan diuraikan nanti. sebelumnya, perlu pembaca Materi Dakwah Islam dan Kultum ketahui bahwa menurut para fuqaha', ahli hadis, dan jumhur ulama dari segala penjuru baik khalaf maun salaf berpendapat kalau berdoa itu sangat dianjurkan. Sebagaimana yang ayat tentang doa yang tertera dalam QS al-Mukmin 60 dan QS al-A'raf 55.

Doa adalah ekspresi keterbutuhan seorang hamba kepada Sang Khaliq, Allah SWT. Berarti dengan doa manusia mengakui sebagai makhluk yang lemah. Tanpa bantuan dan kekuatan Allah, apa yang diinginkan manusia sangat mustahil tercapai. Memang pada tataran konkrit, kuasa manusia tidak mampu menandingi kuasa Allah dalam segala hal. Sekalipun manusia diperintahkan untuk berusaha sebatas kemampuan, namun berhasil dan tidaknya sangat tergantung kepada kemurahan Allah SWT.

Agar doa yang dipanjatkan dikabulkan oleh Allah, manusia harus mengetahui syarat-syarat dan adab atau etika berdoa. Di antara syarat yang harus diperhatikan adalah ketika berdoa adalah makanannya harus halal. manusia-manusia korup dan suka mengambil hak orang lain, pada tataran tertentu sangat mungkin tidak dikabulkan doanya oleh Allah. Misalnya seorang koruptor yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi, maka sekalipun dia berdoa dengan meneteskan air mata darah untuk dibebaskan dari hukuman sangatlah tidak mungkin terkabul.

Syarat lain agar doa manusia dikabulkan oleh Allah adalah khusyu', tetap fokus serta menghadirkan hati (khudhuril qalbi) didapan Allah. Maksudnya adalah, saat akan, sedang dan sesudah berdoa kita tetap fokus kepada Allah. Mulut, pikiran, hati dan tindakan dijaga dari kemaksiatan kepada Allah. Orang-orang yang tunduk, taat dan patuh kepada Allah lebih banyak doanya dikabulkan.

Adapun 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa menurut Al Ghazali adalah sebagai berikut :

Pertama, memilih waktu-waktu yang tepat untuk berdoa. Waktu berdoa yang tepat antara lain adalah hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum'at, dan sepertiga malam yang terakhir.

hal ini tidak berarti, hari dan waktu lain selain yang di atas tidak boleh digunakan untuk berdoa.

Kedua, berdoa pada kondisim yang tepat. Kondisi-kondisi tertentu seseorang ada yang sangat manjur atau maqbul untuk berdoa. Misalnya adalah ketika bersujud. Pada saat bersujud, manusia sangat dekat dan merendah di hadapan Allah maka gunakan untuk memohon kepadanya setelah membaca bacaan sujud.

Kondisi yang tepat lainnya untuk berdoa adalah ketika berhadap-hadapan dengan tentara musuh, ketika turun hujan, ketika akan dan sesudah shalat. Ketika akan dan sesudah mendirikan shalat maksudnya adalah sambil menunggu muadzin membaca iqamat tanda shalat dimulai, kita berdzikir dan berdoa kepada Allah. Demikian juga ketika selesai shalat, manfaatkan untuk berdoa, jangan langsung berdiri dan meninggalkan tempat shalat.

Ketiga, menghadap ke arah Ka'bah, mengangkat kedua tangan dan mengusapkannya ke wajah setelah doanya berakhir.

Keempat, merendahkan dan mempelankan suara.

Kelima, menggunakan bahasa yang sederhana. Dalam berdoa tidak diperlukan kalimat-kalimat puitis atau sajak. Menggunakan bahasa yang merendah dan penuh harap adalah sesuatu yang tepat.

Dalam berdoa tidak boleh menggunakan kalimat seperti bersilat lidah dan melampaui batas. Juga tidak perlu menggunakan kalimat yang panjang. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa dalam berdoa tidak perlu menggunakan lebih dari tujuh kalimat.

Keenam, berdoa dengan penuh harap dan khusnudhan atau positive thinking kepada Allah, khusyu' dan fokus, serta takut. Untuk kontek ini Allah telah menjelaskan dalam QS. Al-Anbiya' : 90 dan QS. Al-A'raf : 55.

Ketujuh, menaruh harapan yang besar kepada Allah, yakin bahwa doanya akan dikabulkan serta sangat jauh dari keraguan.

Kedelapan, Sungguh-sungguh dan serius dalam berdoa. Seseorang yang sedang berdoa harus benar-benar fokus dan tidak bermain-main atau sambil bersenda gurou. Mengulangi doanya hingga tiga kali dan tidak diperkenankan merasa doanya lama dikabulkan oleh Allah.

Kesembilan, Mengawali dan mengakhiri doa kepada Allah dengan berdzikir dan memuji-Nya dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW.

Kesepuluh, adab dan etika berdoa yang kesepuluh ini merupakan yang terpenting. Sebelum berdoa beratubatlah kepada Allah atas segala dosa yang telah dilakukan. Apabila pernah berbuat dhalim dan merugikan kepada orang lain maka harus meminta maaf kepadanya serta mengembalikan haknya yang telah dirampas.

Demikian ke 10 (sepuluh) adab dan etika berdoa menurut Al-Ghazali. Semoga doa kita senantiasa dikabulkan oleh Allah. Amien.

Tuesday, 13 December 2011

3 Kunci Penyelesaian Kasus Suap Nunun dan DGS

Kunci penyelesaian yang tepat untuk kasus Nunun Nurbaetie dan kasus suap pemilihan Deputi Gebernur Senior (DGS) sangat diperlukan. Mengingat kasus ini merupakan kasus yang komplek dengan melibatkan banyak pihak, mulai dari pengusaha, bankir, politisi hingga orang biasa.

Kasus suap pemilian Deputi Gebernur Senior (DGS) ini mencuat bermula dari pengakuan politisi Agus Condro kepada KPK bahwa dia telah menerima suap ketika pemilihan Deputi Gubernur Senior atau yang terkenal dengan DGS. Ia mengaku telah menerima travel cek bernilai milyaran rupiah. Dari sini berkembang hinga banyak dari politisi yang diajukan ke meja hijau.

Dalam pandangan banyak ahli, Nunun adalah tokoh kunci untuk menguak dan menyelesaikan kasus suap dalam pemilihan DGS. Sementara dalam pemilihan DGS, Miranda S Gultom lah yang terpilih. Kasus suap ini, menurut para ahli juga, tentu melibatkan orang berduit karena membutuhkan dana milyaran rupiah.

Menurut analisis Materi Dakwah Islam dan Kultum, ada 3 hal yang dapat dijadikan sebagai kunci pembuka dan penyelesaian kasus Nunun dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) yang melibatkan banyak pihak termasuk Miranda S Gultom. Ketiga kunci itu adalah kejujuran, keadilan, dan persamaan perlakuan di depan hukum.

  1. Kejujuran
  2. Kejujuran merupakan kunci utama dalam kasus Nunun dalam pemilihan DGS. Kejujuran dimaksudkan sebagai sebuah sikap mengaku terus terang dari siapapun yang bersalah dalam kasus tersebut. Untuk hal ini, Agus Condro adalah orang yang pantas diapresiasi karena mengaku bersalah dan bahkan kemudian berani membongkarnya, sekalipun dia sendiri harus masuk penjara. Mengaku sebagai pihak yang bersalah di depan hukum butuh keberanian yang luar biasa. Berarti, orang yang berani mengaku telah berbuat salah, menyuap, dan korup adalah orang-orang “hebat” meskipun di dalam kesalahannya. Contoh lain dari sifat berani mengaku salah dan bertindak korupsi adalah seorang Kepala desa di Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah. Dalam persidangan dia mengaku terus terang sebagai pihak yang korupsi dan minta dihukum sesuai dengan kesalahannya. Dan hebatnya lagi, dia tidak menunjuk orang lain yang terlibat padahal korupsinya adalah bersama-sama. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, meskipun untuk kasus yang berbeda, tetapi ada orang yang mengaku telah berbuat salah dan minta dihukum. Dia adalah seorang perempuan yang berzina dan mengakui perzinaannya di depan Nabi serta minta dihukum. Padahal, seandainya dia tidak mengaku pastilah tidak ada orang lain yang tahu. Tetapi dia takut kepada hukuman Allah di akherat kelak. Seandainya orang-orang yang terlibat dalam kasus penyuapan pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) takut kepada hukuman Allah di akerat pastilah dia akan jujur mengakui keterlibatan dan kesalahan perbuatannya. Mereka tidak perlu menghindar, melarikan diri, berpura-pura sakit dan minta berobat ke luar negeri serta berpura-pura lupa. Apakah mereka tidak percaya kepada hukuman Allah di akherat kelak? Hanya mereka yang tahu. Satu hal yang perlu diingat, dalam sistem peradilan Ilahi tadak ada yang bisa mengelak dengan cara-cara apapun.
  3. Keadilan
  4. Dalam pandangan Materi Dakwah Islam dan Kultum, KPK, jaksa, hakim, dan siapapun yang terlibat mulai dari penyelidikan, penyidikan, persidangan, penuntutan hingga pemutusan harus benar-benar adil. Adil artinya siapapun yang salah harus ditindak dan putuskan sebagai pihak yang bersalah berdasarkan asas keadilan. Tidak ada pilih kasih, ewuh pekewuh atau tidak enak hati karena orang besar dan atau keluarga orang besar. Adil berarti tidak pandang bulu dan tidak pandang siapa yang berperkara. Keadilan ini dicontohkan Umar bin Khathab ketika mengadili sengketa seorang Yahudi dengan gubernur Mesir. Karena merasa diperlakukan tidak adil oleh gubernur, orang Yahudi tersebut pergi ke Madinah untuk mengadukan halnya kepada Khalifah Umar. Khalifah Umar mengambil tulang dan sebilah pedang. Kemudian sebilah pedang itu Dia gunakan untuk membuat garis lurus di atas tulang. Dan tulang yang sudah digaris lurus dengan pedang tersebut diberikan kepada orang Yahudi dan supaya diserahkan kepada gubernur Mesir. Seketika gemetarlah gubernur Mesir menerima tulang bergaris lurus yang dibuat dengan dengan pedang. Ketika ditanya, “kenapa engkau gemetar wahai Gubernur?”. Jawab Gubernur, “aku telah mendapat peringatan keras atas ketidakaddilanku. Dan aku diperintahkan untuk berbuat adil kepada siapapun. Apabila tidak berbuat adil, maka aku akan bernasib sama seperti tulang yang digaris dengan pedang ini”.
  5. Persamaan perlakuan di depan hukum
  6. Termasuk masalah utama dalam penegakan hukum di Indonesia adalah terkadang tidak mampunya penegak hukum memperlakukan orang yang berperkara di depan hukum. Kepada orang-orang kecil dan tidak mampu dia gunakan pedang tajam. Sementara kepada orang-orang yang besar dan dekat dengan kekuasaan serta berduit, pedangnya menjadi tumpul bahkan tidak dapat digunakan sama sekali. Perlakuan istimewa sering diterima oleh orang-orang “istimewa” pula. Kasus Ayin yang ketahuhan Satgas Anti Mafia Hukum yang mempunyai kamar istemewa seperti hotel adalah salah satu bukti. Melenggangnya Gayus Tambunan keluar sel untuk plesiran ke Bali bahkan keluar negeri hingga berulang kali menjadi bukti lain. Ibarat fenomena gunung es di laut, yang tampak dipermukaan hanya sebagian kecil saja. Tetapi yang tidak kelihatan sungguh teramat banyak.

Akhirnya, kita hanya bisa berharap semoga kasus suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) yang melibatkan Nunun dan yang lain dapat diselesaikan dengan sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya.

Dan ketiga kunci untuk membuka dan menyelesaikan kasus pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) yang ditawarkan oleh Materi Dakwah Islam dan Kultum dapat bermanfaat.

Sunday, 11 December 2011

Pengertian, Kriteria dan Indikasi Awal Aliran Sesat di Indonesia

Aliran sesat, hingga saat ini masih ada dan terus tumbuh. Ibarat pepatah patah satu tumbuh seribu. Silih berganti selalu menghiasi negara Indonesia. Pengertian, kriteria dan Indikasi Awal nya perlu diketahui oleh semua pihak yang menaruh perhatian besar terhadap hal ini. Para orang tua yang memiliki anak usia SLTA hingga Mahasiswa perlu waspada dan mengetahui seluk beluk aliran sesat ini.

Pengertian, kriteria dan Indikasi Awal aliran sesat ini perlu diketahui para orang tua yang memiliki anak usia SLTA dan Mahasiswa dikarenakan merekalah sasaran empuk untuk direkrut dan dijadikan anggota. Para orang tua yang memiliki kekhwatiran anaknya menjadi korban maka harus mengetahui dan mengenali aliran sesat ini.

Para orang tua juga harus memantau kegiatan keagamaan anak-anaknya pada saat di luar jam sekolah atau kuliah. Dengan siapa dia bergaul dan beraktifitas, ikut kelompok kajian dan pengajian apa?, masuk menjadi anggota organisasi kemahasiswaan apa dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan agar anak-anaknya tidak menjadi korban aliran sesat.

Pengertian sesat 

الضلالة هي سلوك لا يوصل إلى المطلوب

“Perjalanan yang tidak sampai pada yang dikehendaki (menyimpang)” 

الضلالة :هي عدم العلم بالشيء،أي عن الجهل

“Tidak adanya ilmu akan sesuatu (bodoh)”

Maksud dari pengertian di atas adalah menyimpang dari jalan kebanaran. Dan pengetahuannya tentang sesuatu tidak didasari pada ilmu yang semestinya.

فَذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Yunus : 32)

Pengertian Aliran Sesat


Aliran sesat adalah aliran yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis Shahih yang meliputi aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah.

Kriteria Aliran Sesat


Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 6 Nopember 2007 telah memberikan pedoman untuk mengidentifikasi aliran sesat. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menangkal dan menghentikan aliran sesat serta menyadarkan para pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar. Dalam pedoman ini ditetapkan sepuluh kriteria sebuah aliran atau kelompok dikategorikan sesat. Kesepuluh kriteria tersebut yaitu :
  1. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam
  2. Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar‘i
  3. Meyakini turunnya wahyu sesudah Alquran
  4. Mengingkari autentisitas dan kebenaran isi Alquran
  5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaedah-kaedah tafsir
  6. Mengingkari kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
  7. Menghina, melecehkan dan merendahkan para nabi dan rasul
  8. Mengingkari Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
  9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokokpokok ibadah yang telah ditetapkan oleh
  10. syariat, seperti haji tidak ke Baitullah, salat fardu tidak lima waktu
  11. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar‘i, seperti mengakafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

Indikasi Awal Aliran Sesat

Masyarakat awam perlu mengenali indikasi awal dari sebuah aktifitas kelompok tertentu untuk berjaga-jaga agar perkembangan aliran sesat ini bisa dipantau. Sebagai indikasi awal yang selayaknya menimbulkan kecurigaan terhadap satu paham atau pengajian bisa melalui tanda-tanda berikut :
  1. Pengajian dilaksanakan secara rahasia-rahasia, tertutup kepada selain jamaahnya.
  2. Sebagiannya melakukan pengajian tengah malam sampai subuh dan tempatnya pun sangat terisolir.
  3. Gurunya tidak dikenal sebagai ahli Agama, tidak pernah menekuni ilmu agama, dan tidak dikenal sebagai orang yang rajin beribadah, tetapi tiba-tiba menjadi pengajar Agama.
  4. Adanya bai‘at atau mitsaq untuk taat pada guru atau pimpinan pengajian. Bahkan, ada janji yang harus ditandatangani oleh anggota pengajian tersebut.
  5. Cara ibadah yang diajarkan aneh dan tidak lazim.
  6. Adanya tebusan dosa dengan sejumlah uang yang diserahkan kepada guru atau pimpinan jamaah.
  7. Kadang-kadang, pengajian sesat ini mengharuskan adanya sedekah lebih dahulu sebelum berkonsukltasi dengannya.
  8. Adanya penyerahan sejumlah uang, seperti Rp 300.000, dan orang yang menyerahkannya pasti masuk sorga.
  9. Adanya sumbangan yang tidak lazim sebagaimana layaknya sumbangan sebuah pengajian. Misalnya, 10% atau 5% dari penghasilan harus diserahkan kepada guru atau pimpinan pengajian.
  10. Pengajiannya tidak mempunyai rujukan yang jelas, hanya penafsiran-penafsiran gurunya saja.
  11. Pengajiannya tidak memakai Hadis Nabi Saw.
  12. Sumber ajaran hanya Alquran dengan penafsiran dan pemahaman guru yang ditetapkan oleh pengajian dan tidak boleh belajar kepada ustaz lain.

Demikian, semoga bermanfaat.

Friday, 9 December 2011

Tuntunan Praktis Shalat Gerhana

Apa yang tersaji dalam artikel di bawah ini adalah tuntunan dan tata cara shalat gerhana, baik kusuf  maupun khusuf atau shalat gerhana matahari dan bulan secara praktis.

Pertama sekali yang perlu diketahui oleh pembaca setia Materi Dakwah Islam dan Kultum tentang Tuntunan dan tata cara Praktis Shalat Gerhana adalah bahwa dalam pelaksanaannya tidak dibedakan antara shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan. Keduanya sama-sama dikerjakan dua raka’at dengan masing – masing raka’at dua ruku’ dan dua sujud.

Kedua adalah shalat gerhana dilaksanakan di masjid atau mushalla, tanpa azan maupun iqomah sebelumnya, hanya panggilan “Asholatu Jamiah”. Pengumuman tentang shalat gerhana dapat dikumandangkan di pasar-pasar maupun jalan-jalan dan tempat-tempat lain untuk memberitahukan kepada masyarakat luas.

Ketiga, shalat gerhana dimulai saat mulai terjadinya gerhana dan berakhir ketika gerhana berakhir. Dan apabila telah purna shalat gerhananya tetapi gerna belum berakhir maka disunnahkan untuk memperbanyak dzikir dan meminta ampun kepada Allah sampai berakhirnya gerhana.

Keempat, memanjangkan shalat, baik ketika berdiri, ruku’ ataupun sujud. Panjang berdirinya shalat gerhana kurang lebih sepanjang membaca surat Al-Baqarah.

Kelima, raka’at kedua dikerjakan lebih pendek dari raka’at yang pertama.

Keenam, hukum shalat gerhana adalah sunnah.

Secara ringkas Tuntunan Praktis Shalat Gerhana dapat di urutkan sebagai berikut :
  1. Berniat. Niat letaknya di dalam hati dan tidak perlu dilafadzkannya. Hal ini dikarenakan melafadzkan niat tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan Nabi tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
  2. Takbiratul ihram yaitu bertakbir untuk pertama kali guna mengawali shalat sebagaimana shalat biasa.
  3. Membaca do’a iftitah sebagaima do’a iftitah dalam shalat maktubah.
  4. Membaca surat Al Fatihah dengan diawali berta’awudz.
  5. Membaca ayat al-Qur’an yang panjang. Dapat dipilih surat Al-Baqarah misalnya.
  6. Kemudian ruku’ dengan memanjangkannya.
  7. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD”
  8. Setelah i’tidal kembali membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang.
  9. Lalu ruku’ untuk yang kedua, yang lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
  10. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD”
  11. Kemudian mengerjakan dua sujud sebagaimana shalat maktubah tetapi dikerjakan dengan panjang.
  12. Selanjutnya bangkit dari sujud untuk mengerjakan raka’at kedua. Raka’at dikerjakan seperti halnya raka’at pertama, namun bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari raka’at pertama.
  13. Selesai mengerjakan raka’at kedua dilanjutkan dengan duduk tasyahud dengan bacaan seperti shalat yang lain.
  14. Salam.
  15. Terakhir adalah berkhutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.
Demikian semoga bermanfaat.

Thursday, 8 December 2011

Do’a Menghilangkan Sifat Pemarah

Secara khusus Materi Dakwah Islam dan Kultum memberikan do’a untuk menghilangkan amarah (marah). Fungsinnya adalah agar kita dapat mengendalikan amarah, meredam, meredakan dan menghentikan amarah yang terkadang muncul karena satu sebab.

Apabila kita termasuk tipe orang pemarah atau tidak dapat menahan amarah maka lebih tepat bila kita selalu membaca do’a ini.

Sedangkan do’a yang fungsinnya agar kita dapat mengendalikan, meredam, meredakan, menghilangkan, melenyapkan, mengurangi, menghindari,  dan menghentikan amarah adalah sebagai berikut :


اَللهَمَّ اذْهَبْ عَنِّيْ غَيْظَ قَلْبِيْ وَاغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ وَأَجِرْنِيْ مِنْ مَضَلاَتِ الْفِتَنِ ، أَسْأَلُكَ بِرِضَاكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ ، أَسْأَلُكَ جَنَّتَكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ نَارِكَ ، أَسْأَلُكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَأَعُوْذُ بِكَ مَنَ الشَّرِّ كُلِّهِ ، اَللهُمَّ ثَبِّتْنِيْ عَلٰى الْهُدٰى وَالصَّوَابَ وَاجْعَلْنِيْ رَاضِيًا مَرْضِيًا غَيْرَ ضَالٍّ وَلاَ مُضَلٍّ

Artinya : “Ya Allah, hilangkan dariku hati yang suka marah dan ampunilah dosa-dosaku dan jauhkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan. Aku memohon kepada-Mu ridha-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu, dan aku memohon kepada-Mu akan surga-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka-Mu. Aku memohon kepada-Mu akan segala kebaikan dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan dan kejahatan. Ya Allah, teguhkanlah aku dalam petunjuk dan kebenaran. Dan jadikanlah aku orang yang ridha akan (qadla dan qadar-Mu) dan diridhai (oleh-Mu)



Atau do’a yang lebih pendek :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِي وَآجِرْنِي مِنْ الشَّيْطَانِ

Artinya: "Ya Allah, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku, dan jagalah aku dari godaan setan"

Cara membacanya do’a untuk menghilangkan amarah (marah) yaitu :

1.    Dibaca setiap hari dan setiap saat. Fungsinya adalah untuk pencegahan. Dengan membaca do’a ini, bagi yang pemarah Insya Allah, sifat pemarahnya dapat hilang atau minimal dapat dikendalikan.

2.    Dibaca pada saat amarah atau marah itu muncul. Ketika dada mulai bergejolak, dan terasa hawa amarah mulai menggelegar maka segeralah membaca do’a tersebut. Maka diharapkan kemarahan tidak jadi muncul dan kita bisa meredamnya

3.    Dibaca setela marah. Fungsinya adalah untuk penyadaran tehadap diri sendiri agar kemarahan tersebut tidak terulang lagi. Kemudian ikuti dengan permohonan maaf kepada orang yang kena marah oleh kita dan selanjutnya memohon ampun kepada Allah.  

Nasrun min Allahi wa fathun qariib.
Semoga bermanfaat.

Sifat dan Potensi Manusia Menurut Al-Qur'an

Beberapa waktu yang lalu, Materi Dakwah Islam dan Kultum telah menulis tentang ciri dan karakter manusia menurut Al-Qur'an. Dan agar kita lebih mengenal lagi tentang manusia, dalam posting sekarang akan dipertajam lagi yaitu tentang istilah-istilah manusia dalam Al-Qur’an dan sifat-sifat serta potensi yang dimiliki manusia menurut Al-Qur’an.

Istilah manusia dalam Al-Qur’an


Istilah manusia dalam al-Qur’an sering disebut dengan basyar, insan, ins, naas, inaas, bani adam atau dzurriyah adam. Istilah-istilah tersebut diuraikan sebagai berikut :

Istilah basyar atau بشر mempunyai arti : penampakan sesuatu dengan baik dan indah dan kulit. Manusia disebut بشر atau basyar karena kulit manusia tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Allah berfirman :


اِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحٰى اِلَيَّ

“Sesungguhnya aku adalah Manusia seperti kamu yang diberi wahyu” (QS. Al-Kahfi : 110)

وَمِنْ اٰيٰتِهِ اَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ اِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُوْنَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu menjadi basyar (manusia) kamu bertebaran” (QS. Al-Rum : 20)

Sedangkan istilah insan, ins, naas, inaas atau انسان, انس, ناس, اناس digunakan untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, yaitu jiwa dan raga. Allah berfirman :


قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ

“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.  Raja manusia.” (QS. Al-Nas : 1-2)

Dan istilah bani adam atau dzurriyah adam atau بنى ادم dan ذرّية ادم mengandung arti bahwa seluruh manusia adalah keturunan atau anak cucu Adam. Sebagai keturunan atau anak cucu Adam, manusia tidak dibedakan oleh suku, ras, bahasa, letak geografis, warna kulit dan sebagainya. Manusia seluruhnya adalah sebuah unitas dan sama di hadapan Tuhan. Yang membedakan mereka adalah takwanya.

Sifat dan potensi manusia menurut Al-Qur’an


Sifat dan potensi manusia menurut Al-Qur’an dibedakan menjadi dua. Pertama adalah sifat dan potensi baik. Dan kedua adalah sifat dan potensi buruk.

Sifat dan potensi baik manusia menurut Al-Qur’an adalah pertama, bahwasanya manusia diciptakan sebagai makhluk terbaik. Dan kedua sangat dimuliakan oleh Allah. Sifat dan potensi baik manusia menurut Al-Qur’an tergambar jelas dalamAyat Allah :


لَقَدْ خَلَقْنَا اْلاِنْسَانَ فِيْ أَحَسَنِ تَقْوِيْمٍ

Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. Al-Tin : 4)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra : 70)

Sifat dan potensi buruk manusia dalam Al-Qur’an meliputi : aniaya dan mengingkari nikmat, sangat banyak membantah, dan suka berkeluh kesah.   

Sifat dan potensi buruk manusia ini tergambar jelas dalam ayat sebagai berikut :

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوْهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَاقلى إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim : 34)

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هٰذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍج وَكَانَ اْلإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلاً

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. Al-Kahfi : 34)

 إِنَّ الإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا  إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir” (QS. Al-Ma’arij : 19)

Sifat dan potensi buruk manusia yang suka berbuat aniaya dan mengkufuri nikmat dapat digambar dengan bahwa manusia suka berbuat sesuatu yang merugikan pihak lain. Misalnya menyakiti, membunuh, merampok, mencuri dan termasuk dalam hal ini adalah prilaku korupsi. Sedangkan kufur nikmat digambarkan sebagai negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi karena pengelolaan yang salah maka dampaknyapun menjadi buruk. Contoh dari hal tersebut adalah eksploitasi alam, illegal logging, pencemaran air dan udara, dan sebagainya.

Sifat dan potensi buruk manusia yang sangat banyak membantah dapat dipahami dengan banyaknya pengingkaran terhadap keberan-kebenaran. Baik kebenaran dalam kontek wahyu maupun dalam kontek hukum positif di Indonesia. Bayangkan betapa sulitnya mencari keadilan di negeri ini.

Sedangkan Sifat dan potensi buruk manusia yang suka berkeluh kesah dapat digambarkan dengan rendahnya etos kerja, sulitnya mencapai kinerja maksimal, tingkat disiplin yang rendah, tidak berintegritas, suka berhutang, hedonistik, senang terhadap jalan pintas, menghalalkan segala cara dan masih banyak lagi.

Demikian semoga bermanfaat.

Tuesday, 6 December 2011

Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umatnya dengan banyak tujuan yang dikehendaki Allah.

Tentang Al-Qur’an, sebenarnya Materi Dakwah Islam dan Kultum telah pernah memposting qur an online atau online qur an yang tujuannya adalah agar kita sempat membaca Al-Qur’an ditengah-tengah kita berinternet ria.

Di samping itu, sesungguhnya ada banyak bahasan mengenai Al-Qur’an, misalnya manfaat membaca Al-Qur’an, manhaj Al-Qur’an, tafsir Al-Qur’an, bahasa Al-Qur’an, ilmu Al-Qur’an, qira’ah sab’ah, sejarah Al-Qur’an, pembukuan Al-Qur’an, musabaqah tilawatil Qur’an, adab dan etika membaca Al-Qu'an dan lain lain.

Untuk saat ini kita fokus pada Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an. Dan Al-Qur'an diturunkan oleh Allah dengan tujuan sebagai berikut:



1.  Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta menetapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan seru se-kaKan alam, keyakinan yang tidak semata-mata sebagai suatu konsep teologis, tetapi falsafah hidup dan ke-hidupan umat manusia. Hal ini dijelaskan dalam QS AI-lkhlash : 1 -4 dan QS Ali lmran : 64.



2.  Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab,yakni bahwa umat manusia merupakan satu umatyang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tug as ke-khalifahan. Perhatikan QS AI-Maidah : 2 dan Ali Imran : 104.



3.  Untuk menciptakan persatuan dan kesatu-an, bukan saja antarsuku atau bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan rasio, kesatuan kebenaran, kesatuan kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan determinisme, kesatuan sosial, politik dan ekonomi yang kesemuanya berada di kiwah satu keesaan, yaitu keesaan Allah SWT. Firman Allah dalam QS Al-Baqarah : 213 dan QS AI-Anbiya: 92 dan SAI-Mu'minun : 52.



4.  Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan bermasyara-kat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan. Termaktub dalam QS Asy-Syura : 36-38.



5.  Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit, dan penderitaan hidup serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan agama. Al-Qur’an menjelaskannya dalam QS Al-Baqarah : 177  dan QS Ali lmran : 110.



6.  Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang, dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat manusia. Mengenai hal ini Allah memerintahkan dalam  QS An-Nahl : 90.



7.  Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Simak petunjuk Allah dalam QS AI-Baqarah : 143.



8.  Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi guna menciptakan satu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia, dengan panduan dan paduan Nur Ilahi. Dalam hal ini Allah menjelaskan dalam QS Al-Mujadilah : 11 dan QS Az-Zumar : 9.


Demikianlah pengetahuan tentang macam-macam tujuan Al-Qur’an. Semoga dapat menambah pengetahuan. Dan yang lebih penting, Al-Qur’an dijadikan pedoman hidup kita.