Tuesday, 29 November 2011

Tips dan Trik Mengatasi Ketidaksesuaian Jumlah Posting di Halaman Utama

Pernahkah Anda mengalami masalah ketidaksesuaian jumlah posting di halaman utama dengan angka setting di “elemen laman”? Dan apakah sudah ketemu solusinya? Bila sudah mengalami dan belum ketemu solusinya, ikuti pengalaman di bawah ini mungkin dapat dijadikan tips dan trik untuk mengatasinya. Dan ternyata, sesuai pengalaman saya, cara mengatasi atau solusi atau tips dan triknya sangatlah mudah dan sederhana.

Saya pernah membaca dalam sebuah posting tentang tidak sesuainya jumlah posting yang muncul di halaman utama dengan pada saat disetting. Padahal biasanya bila disetting dengan angka 5 maka jumlah posting yang munculpun lima. Jadi umumnya, terjadi kesesuaian antara saat setting dengan jumlah posting di halaman utama.

Pada blog http://www.berryhs.com dengan tema di atas, disebutkan solusinya adalah dengan mensiasati jumlah posting dalam setting dengan angka lebih besar. Misalnya, problemnya adalah ketika disetting tujuh munculnya hanya lima. Padahal yang diinginkan jumlah posting yang muncul di halaman utama adalah 7. Karena yang muncul adalah jumlah posting yang lebih kecil maka dalam setting angkanya dibuat lebih besar, misalnya sepuluh. Dengan harapan, posting yang mucul di halaman utama adalah antara tujuh dan delapan.

Tetapi menurut saya, solusi ini belum menyelesaikan akar masalahnya. Karena penyebabnya apa belum ditemukan. Dan jumlah posting yang munculpun bisa jadi kembali normal. Kalau disetting 10 dan ternyata kembali normal, maka jumlah posting di halaman utama pun menjadi sepuluh. Berarti kita harus atur dan setting ulang lagi. Seperti yang saya alami.

Kasus ketidak sesuaian jumlah posting di halaman utama dengan angka pada saat disetting sesungguhnya pernah juga Materi Dakwah Islam dan Kultum alami. Pada saat disetting jumlah posting dengan jelas tertulis 5, tetapi yang muncul selalu hanya empat atau tiga di halaman utama. Anehnya, terkadang tidak terjadi masalah apa-apa atau normal-normal saja. Artinya, bila dalam setting tertulis 5 maka jumlah posting di halaman utama pun lima.

Karena kembali normal dan tidak masalah, maka sayapun gembira karena sesuai dengan yang disetting. Apakah masalahnya selesai? Ternyata tidak! Suatu saat muncul lagi. Kemudian saya berfikir dalam, kenapa dan apa sebabnya hingga seperti ini blog Materi Dakwah Islam dan Kultum. Saya terus mengingat-ingat, apa yang telah saya lakukan pada saat setelah persoalan kembali normal. Sampai lama dan nggak ketemu-ketemu. Hingga saya tetap dalam kondisi kecewa karena tampilan blog Materi Dakwah dan Kultum tidak seperti yang diharapkan.

Hingga akhirnya terbersit dalam hati, mungkinkah ini semua terpengaruh dengan cara saya dalam memposting artikel. Kebiasaan saya adalah mengetik langsung di “Buat Entri Baru”. Dan sesekali saya mengetik di MS Word dengan maksud biar tidak kerepotan setting. Karena setting sudah saya lakukan di MS Word dan tinggal ko-pas di “Tambah Entri Baru”. Cara ini memang sedikit lebih efisien. Tetapi dampaknya adalah sangat berpengaruh pada jumlah posting di halaman utama yang tidak sesuai dengan angka setting di “Elemen Laman”.

Hal di atas, paling tidak menurut hemat saya. Karena setelah saya posting artikel dengan cara mengetik langsung di “tambah entri baru” atau walaupun saya mengetik di MS Word tetapi tidak langsung saya paste-kan di “compose” melainkan di “edit html”, masalah kacaunya jumlah posting di halaman utama tidak terjadi lagi. Dan blog Materi Dakwah Islam dan Kultum baik-baik saja.

Jadi kesimpulannya adalah, solusi terbaik –berdasar pengalaman saya—kita tidak menggunakan setting di MS Word langsung kopas di “tambah entri baru”. Kalau toh mengetiknya di MS Word, tetapi pasa saat kopas lebih baik di “edit html” dan bukan di “compose”.

Semoga bermanfaat!

Koleksi Buku-buku dan Ebook Islam Terbaru Gratis

Koleksi Buku-buku dan Ebook Islam tak Terbaru Gratis merupakan daftar koleksi ebook Islam gratis yang berisi tentang Islam. Pembaca setia Materi dakwah Islam dan Kultum dipersilahkan download  buku-buku dan ebook Islam tersebut karena gratis.

Banyak hal yang dapat Anda peroleh melalui membaca berbagai macam  Koleksi Buku-buku dan  Ebook Islam tidak Terbaru yang Gratis ini. Sungguh ilmu bisa didapatkan dari mana saja, termasuk dari yang gartis.

Koleksi Buku-buku dan Ebook Islam tidak Terbaru yang Gratis ini benar-benar bermutu dan layak untuk dikoleksi dibaca dan dicermati.

Sekedar tips berinternet, ambillah sesuatu yang bermanfaat dan tentu saja memiliki nilai positif bagi Anda atau siapa saja. Berinternet itu harus benar-benar bermanfaat. Artinya kita benar-benar bisa mengambil nilai positif dari internet. Jangan justru kebejatan-kebejatan yang Anda dapatkan. Dan salah satu hal positif yang bisa dapatkan dengan berinternet adalah mendapatkan ebook-ebook Islami.

terima kasih kepada http://pakdenono.com yang telah banyak menyediakan ebook bermutu tersebut.
   
Ebook Islam
  • Manhaj As-Salafush Shalih
    Sumber: almanhaj.or.id (Versi 02.10)
    Download > (12 M)
     
  • Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
    Oleh: Abdullah Hasan Alhadar
    Halaman Download > (326 Kb)
     
  • Kajian Islam
    Oleh: Armansyah
    Halaman Download > (1.3 MB)
     
  • Kumpulan Artikel HM Nur Abdurrahman (1.7 MB)
    Sumber : www.freewebs.com/hmnur/
    Kumpulan tulisan H.M Nur Abdurrahman di harian FAJAR:
    Wahyu & Akal - Iman & Ilmu.
    Halaman Download > (1.7 MB)
     
  • Kumpulan Buku Hartono Ahmad Jaiz
    Oleh: Hartono Ahmad Jaiz
        1. Ada Pemurtadan di IAIN
        2. Bila Kiyai Menjadi Tuhan
        3. Bahaya Islam Liberal
        4. Tasawuf Belitan Iblis
        5. Tasawuf, Pluralisme & Pemurtadan
    Halaman Download > (857 Kb)
     
  • Kumpulan Fatwa DR Yusuf al Qardhawi
    Ebook 1:
        1. Fatwa Qardhawi
        2. Fatwa Kontemporer
        3. Fiqh Prioritas
    Halaman Download > (741 Kb)

    Ebook 2:
        1. Sistem Masyarakat Islam Dalam Quran & Sunnah
        2. Halal & Haram Dalam Islam
        3. Hukum & Zakat
    Halaman Download > (916 Kb)

    Ebook 3:
        1. Tuntutan Bertaubat Kepada Allah SWT
        2. Bunga Rampai
    Halaman Download > (217 Kb)

    Kumpulan Fatwa DR Yusuf al Qardhawi Lengkap
        1. Fatwa Qardhawi
        2. Fatwa Kontemporer
        3. Fiqh Prioritas
        4. Halal & Haram Dalam Islam
        5. Hukum & Zakat
        6. Tuntutan Bertaubat Kepada Allah SWT
        7. Bunga Rampai
    Halaman Download > (1,7 Mb)
     
  • Kumpulan Konsultasi Islam - Eramuslim -
        - Ustadz Menjawab
        - Ruqyah Syarriyyah
        - Keluarga
        - Oase Iman
    Halaman Download > (1.3 Mb)
     
  • Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII)
    Halaman Download > (87 Kb)
     
  • Matematika Alam Semesta
    Kodetifikasi Bilangan Prima Dalam Al-Quran
    Oleh : Arifin Muftie
    Halaman Download > (191 Kb)
     
  • Sejarah Teks Al-Quran
    Terjemahan dari buku: The History of The Quranic Text
    Oleh : Prof.Dr. M.M al Azami
    Halaman Download > (2.3 Mb)
     
  • Sosok Isa dalam Sorotan Ulama
    Oleh: Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
    Halaman Download > (199 Kb)
     
  • Studi Kritis Pemahaman Islam
    Oleh: Armansyah
    Halaman Download > (675 Kb)
     
  • Ulil vs Awam
    Menekuk Intelek Liberal
    Sumber : http://ulil-awam.co.nr/
    Halaman Download > (168 Kb)
     
  • Bukti Kebenaran Alquran
    Oleh: Abdullah M. al-Rehaili
    Halaman Download > (119 Kb)
     
  • Himpunan Hadist Qudsi
    Oleh: Achmad Sunarto
    Halaman Download > (5.7 Mb)
     
  • Al Quran & Rahasia Angka-Angka
    Oleh: Dr. Abu Zahra' An-Najdi
    Halaman Download > (509 Kb)
     
  • Mengungkap Rahasia Al-Qur'an
    Oleh: Allamah M.H. Thabathaba'i
    Halaman Download > (900 Kb)
     
  • Menyingkap Tabir IM
    1. Dialog Bersama Ikhwani
    Oleh: Syaikh Abu 'Abdillah Ahmad bin Muhammad Asy-Syihhi
    2. Mengenal Hakikat IM
    Oleh: Ustadz 'Abdullah Taslim
    Halaman Download > (132 Kb)
     
  • Kumpulan Buku Tentang Syi'ah
    1. Virus Syi'ah waspadalah!
    Oleh: Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zain
    2. Diantara aqidah Syi'ah - menguak kesesatan aqidah Syi'ah
    Oleh: Syaikh Abdullah bin Muhammad As-Salafi
    3. Mungkinkah Syi'ah & Sunnah Bersatu?
    Oleh: Syaikh Muhibbuddin Al Khatiib
    Halaman Download > (382 Kb)
     
  • Mungkinkah Syiah dan Sunnah Bersatu?
    Oleh: Syaikh Muhibbuddin Al Khatiib
    Download > (263 Kb)
     
  • Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah
    Oleh: Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-�Abbad Al-Badr
    Halaman Download > (96 Kb)
     
  • Syarah Aqidah Al-Wasithiyah
    Oleh: Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qahthaniy
    Halaman Download > (68 Kb)
     
  • Aqidah Ahlus Sunnah
    Oleh: Syaikhul Islam Abu Utsman Isma'il Ash-Shabuni
    Halaman Download > (102 Kb)
     
  • Membentuk Keluarga Diatas Kemuliaan Sunnah
    Halaman Download > (382 Kb)
     
  • Kenapa Alergi Dengan Salafi?
    Oleh: Abdurrahman Thayib Lc
    Halaman Download > (238 Kb)
     
  • Poligami Dihujat
    Oleh: Abu Salma al-Atsari
    Halaman Download > (189 Kb)
     
  • Kontroversi Puasa Sunnah Hari Sabtu
    Oleh: Abu Salma al-Atsari
    Halaman Download > (343 Kb)
     
  • Hakikat Tasawuf
    Oleh: Ustadz Abdullah Taslim, Lc.
    (Mahasiswa S2 Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah)
    Halaman Download > (199 Kb)
     
  • JIL Sebuah Doktrin Yang Telah Usang
    Oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri
    Halaman Download > (225 Kb)
     
  • Hakikat Bid'ah dan Kufur
    Oleh: al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani Rahimahullahu
    Halaman Download > (291 Kb)
     
  • Dan Binasalah Yahudi
    Oleh: Abu Salma al-Atsari
    Halaman Download > (263 Kb)
     
  • Sejarah Hidup Muhammad
    Oleh: Muhammad Husain Haekal
    Halaman Download > (849 Kb)

Monday, 28 November 2011

Tips Jitu dan Cara Meredakan Marah

Tips jitu dan cara meredakan atau meredam marah perlu diketahui siapa saja termasuk pembaca setia Materi Dakwah Islam dan Kultum. Karena dengan mengetahui tips dan caranya akan meningkatkan kemampuan menahan marah yang manfaatnya sangat besar itu. Apalagi bila cara meredam dan meredakan marah itu dari Rasulullah (Nabi) Muhammad saw.

Ada tips dan cara jitu dalam meredakan dan meredam marah yang diberikan oleh Rasulullah, yaitu : ber-isti’adzah (berlindung) kepada Allah, berwudhu, diam dan menahan diri, duduk dan berbaring, serta berdo’a atau membaca do’a ketika marah.

Marah yang kita alami tentu ada penyebabnya. Dan di antara sebab-sebab marah adalah sebagai berikut :

1. bawaan atau fitrah, atau tabi’at
2. merasa tidak sebanding dengan orang lain, sombong dan tinggi hati
3. egois dan berlebihan mencintai diri sendiri serta ujub
4. perselisihan dan pertengkaran yang berlarut-larut seakan tanpa ujung
5. saling tuduh dan curiga serta berburuk sangka
6. saling merendahkan, mengejek, menghina dan majurhkan satu dengan yang lainnya.

Tips dan cara jitu dalam meredakan dan meredam marah yang disajikan oleh Materi Dakwah Islam dan Kultum adalah berdasarkan hadits Rasulullah saw :


1.  beristi’adzah kepada Allah

عنْ سُلَيْمانَ بْنِ صُرَدٍ رضي اللَّه عنهُ قال : كُنْتُ جالِساً مع النَّبِي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، ورجُلان يستَبَّانِ وأَحدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ وانْتفَخَتْ أودَاجهُ فقال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إِنِّي لأعلَمُ كَلِمةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عنْهُ ما يجِدُ ، لوْ قَالَ : أَعْوذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ذَهَبَ عنْهُ ما يجدُ . فقَالُوا لَهُ : إِنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : «تعوَّذْ بِاللهِ مِن الشَّيَطان الرَّجِيمِ »
Sulaiman bin Shurad ra. Berkata : aku duduk bersama Nabi saw saat ada dua orang saling mencaci  dan salah seorang memerah mukanya dan mengembang urat-urat lehernya. Maka Rasulullah bersabda : sungguh aku tahu satu kalimat yang sekiranya dibaca seseorang maka akan hilang apa yng dijumpainya. Sekiranya membaca اعوذ بالله من الشيطان الرجيم maka hilanglah apa yang dijumpainya. Maka mereka berkata kepadanya : sesungguhnya Nabi saw bersabda : berlindunglah kepada Allah dari syaitan yang terkutuk (HR. Bukhari)

2. berwudlu

عَنْ عَطِيَّةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  صلى الله عليه وسلم إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإِنَّمَا تَطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ  فَلْيَتَوَضَّأْ
Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya marah adalah dari syaitan, syaitan diciptakan dari api, dan api padam dengan air. Maka jika satu di antaramu marah hendaklah berwudlu. (HR. Abu Dawud)

3. Diam dan menahan diri

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : عَلِّمُوا وَيَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا - قَالَهَا ثَلاَثًا - فَإِذَا غَضِبْتَ فَاسْكُتْ
Rasulullah saw bersabda : ajarlah, permudahlah dan jangan mempersulit (diucapkan 3 X). apabila engkau marah maka diamlah (HR. Dawud)

4. duduk dan berbaring

عن أبي ذر قال إن رسول الله  صلى الله عليه وسلم  قَالَ لَنَا ثُمَّ إِذَا   غَضِبَ أَحَدُكُمْ  وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
Rasul bersabda : bila satu di antaramu marah saat berdiri maka duduklah maka lenyaplah marahnya. Dan jika tidak lenyap maka berbaringlah. (HR. Bukhari)

Sedangkan do’a yang perlu dibaca saat dan ketika marah adalah sebagai berikut :

اَللهَمَّ اذْهَبْ عَنِّيْ غَيْظَ قَلْبِيْ وَاغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ وَأَجِرْنِيْ مِنْ مَضَلاَتِ الْفِتَنِ ، أَسْأَلُكَ بِرِضَاكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ ، أَسْأَلُكَ جَنَّتَكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ نَارِكَ ، أَسْأَلُكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَأَعُوْذُ بِكَ مَنَ الشَّرِّ كُلِّهِ ، اَللهُمَّ ثَبِّتْنِيْ عَلٰى الْهُدٰى وَالصَّوَابَ وَاجْعَلْنِيْ رَاضِيًا مَرْضِيًا غَيْرَ ضَالٍّ وَلاَ مُضَلٍّ
Artinya : “Ya Allah, hilangkan dariku hati yang suka marah dan ampunilah dosa-dosaku dan jauhkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan. Aku memohon kepada-Mu ridha-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu, dan aku memohon kepada-Mu akan surga-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka-Mu. Aku memohon kepada-Mu akan segala kebaikan dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan dan kejahatan. Ya Allah, teguhkanlah aku dalam petunjuk dan kebenaran. Dan jadikanlah aku orang yang ridha akan (qadla dan qadar-Mu) dan diridhai (oleh-Mu)

Atau do’a yang lebih pendek :
للَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِي وَآجِرْنِي مِنْ الشَّيْطَانِ
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku, dan jagalah aku dari godaan setan"
Demikian tips Jitu dan Cara Meredakan Marah, semoga bermanfaat.

Manfaat Menahan Marah

Ada manfaat yang sangat besar apabila kita dapat menahan marah. Tidak saja manfaat bagi fisik dan kesehatan, tetapi juga manfaat bagi rohani dan keagamaan yang bersifat islami.

Manfaat fisik dan kesehatan dari menahan marah dapat berupa terhindarnya kita dari hormon noradrenalin. Hormon noradrenalin adalah senyawa beracun yang bersama-sama hormon adrenalin (hormon yang timbul akibat kecemasan dan ketakutan yang teramat sangat) dapat memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah dan bahkan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Biasanya orang yang takut dan marah dadanya akan tersa sesak dan nafasnya tersengal-sengat. Itu semua merupakan akibat munculnya dua hormon tersebut.

Maka apabila kita berhasil menahan marah, berarti kita telah menjauhkan diri dari salah satu faktor penyebab penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Dan berarti juga kita telah mengeliminir salah satu sebab gagal jantung dan penyakit stroke.

Perlu diketahui juga bahwa bila gagal dalam menahan marah akan berakibat dan beresiko pada :

1. perbuatan atau tindakan yang tak terkontrol karena kehilangan kesadaran normal
2. dikucilkan atau dijauhi orang lain
3. menghilangkan keharmonisan hubungan sosial
4. mempengaruhi syaraf di otak
5. rusak dan hancurnya harta benda
6. membuka pintu bagi syetan untuk mempengaruhi tindakannya.

Dikarenakan manfaat yang sangat besar bila menahan marah dan resiko yang juga sangat besar bila mengikuti sifat marah atau mengumbar kemarahan maka kemudian Rasul memberikan dalil larangan marah :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ

“Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. : (Ya Rasulallah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Seseorang itu menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.” (HR. Bukhori )

Sedangkan manfaat menahan marah bagi rohani dan keagamaan dapat dilihat dari dijadikannya menahan marah sebagai indikator takwa seseorang dan dijamin masuk surga.

Tentang menahan marah sebagai indikator takwa, terungkap dalam Firman Allah QS. Ali Imron 133-134 sebagai berikut :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imron : 133-134)

Sedangkan jaminan surga bagi yang mampu menahan marah termaktub dalam Hadits Rasulullah tentang larangan marah berikut ini :

عن ابي درداء قال قلت يا رسول الله دلّني علي عمل يدخلني الجنة قال لا تغضب ولك الجنة

“Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku suatu amal yang dapat memasukkanku ke surga. Rasul menjawab :”jangan marah, maka untukmu surga”.” (HR. Thabrani)

Demikian catatan kecil tentang manfaat menahan marah dari Materi Dakwah Islam dan Kultum. Semoga bermanfaat.

Saturday, 26 November 2011

Menjadi Muballigh atau Da'i Muhammadiyah yang Bijak

Menjadi muballigh atau da'i yang bijak adalah sebuah keniscayaan. Karena Da'i atau Muballigh yang bijak tidak saja dia pandai menyampaikan materi dakwah, tetapi juga mampu menciptakan kedamaian, keharmonisan dan keteduhan hati di kalangan jama'ah. Bagaimana cara menjadi da'i atau muballigh yang bijak dan apa yang harus dilakukan, pendekatan dan metode apa yang digunakan? Berikut ini tulisan M Muchlas Abror yang dinukilkan Materi Dakwa Islam dan Kultum dari Majalah "Suara Muhammadiyah".

Masuk menjadi anggota Muhammadiyah mestilah atas dasar pilihan dan kesadaran sendiri. Dengan kata lain, masuk secara sukarela dan tanpa paksaan. Orang masuk Islam saja tidak ada paksaan, apalagi masuk Muhammadiyah. Tetapi setelah menjadi anggota Muhammadiyah, kita tentu bukan sekadar tahu bahkan harus memahami bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah. Sebagai anggota Gerakan Dakwah, maka kita harus giat berdakwah. Kita harus menyadari bahwa kita telah terikat janji dengan Muhammadiyah, yakni berdakwah. Janji, baik yang dinyatakan dengan lisan maupun yang terpendam dalam hati, harus dipegang teguh. Ini menjadi pendorong yang merupakan salah satu faktor penting untuk tetap istiqamah dalam giat berdakwah, menurut bidang kecakapan dan keahlian masing-masing.

Dakwah Islam bagi kita, anggota Muhammadiyah, menjadi bagian dari hidup kita. Dakwah mestilah mengalir dalam jiwa kita sebagaimana darah yang mengalir dalam tubuh kita. Karena itu, harus menjadi kemauan dan tekad kita bahwa kita akan mengisi setiap jejak dan langkah kehidupan kita dengan dakwah. Di mana pun dan kapan pun, dalam segala keadaan dan cuaca, dalam suka dan duka, dalam masa senang dan susah, bahkan dalam seluruh hidup dan kehidupan kita tidak terlepas dari dan untuk berdakwah. Ringkasnya, menjadi anggota Muhammadiyah harus memiliki komitmen yang tinggi untuk berdakwah. Berdakwah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan kita.

Kehadiran da'i Muhammadiyah di masyarakat begitu penting dan ditunggu untuk melakukan berbagai perbaikan dan mengatasi bermacam krisis. Da'i Muhammadiyah harus menjadi contoh yang dapat diteladani dan panutan yang diikuti antara lain dalam hal semangat yang tinggi, kemauan dan tekad yang kuat, teguh memegang kebenaran, bekerja keras dan berwawasan luas, kesabaran dalam mengatasi berbagai persoalan, dan keikhlasan. Jika kita, para da'i Muhammadiyah, dapat memberikan keteladanan yang tulus, peduli dan simpati terhadap persoalan orang lain dan masyarakat, maka akan mengundang dan menarik simpati. Keberhasilan menarik, merekrut, dan mempengaruhi mereka masuk ke dalam bahtera dakwah kita mempunyai arti penting dalam perjalanan dakwah selanjutnya. Tujuan menarik simpati mereka sekurang-kurangnya agar mereka tidak memusuhi, mengganggu, dan merintangi dakwah Muhammadiyah.

Dalam melaksanakan aktivitas dakwah, kita tentu melakukan pendekatan dakwah secara bijak dan cermat, dengan memperhatikan kondisi, waktu, dan tempat si penerima dakwah. Kita berinteraksi dengan mereka dengan kelembutan, keramahan, kasih sayang, kerendahan hati, dan mudah memaafkan. Kita berinteraksi dengan mereka dalam suasana persaudaraan, kehangatan, dan kedekatan. Selain itu, kita mau mendengar pendapat mereka. Terhadap pendapat mereka yang sesuai dengan ajaran Islam tentu harus kita dukung dan laksanakan. Sedangkan terhadap pendapat mereka yang kurang sejalan dengan ajaran Islam tentulah harus kita arahkan dan luruskan secara arif atau bijak.

Bersikap terus terang dan tegas dalam menyampaikan kebenaran, dalam berdakwah ke jalan Allah adalah baik. Keterusterangan dan ketegasan itu hendaklah tetap disampaikan dengan kelembutan dan kerendahan hati. Jangan dicampuradukkan antara keterusterangan dan ketegasan itu dengan kekerasan dan kekasaran. Sebab antara keduanya tidak ada keterkaitan bahkan memang tidak sama alias beda. Harap kita ingat bahwa dalam kita berterusterang dan bersikap tegas bukan berarti menafikan kearifan dan kebijakan. Kita yang dituntunkan untuk menjadi da'i yang bijak hendaklah dalam bertugas di tengah masyarakat dapat menyampaikan dakwah dengan kehalusan dan kelembutan tanpa mengabaikan substansi sedikit pun. Sehingga yang kita sampaikan tetap sesuai dengan kebenaran.

Apabila kita telah berperilaku bijak dalam berdakwah, tetapi dakwah yang kita sampaikan pun masih belum dapat diterima atau ditolak, tidaklah mengapa. Jangan patah semangat, apalagi putus asa. Dakwah jalan terus, tidak boleh berhenti. Hadapilah segala persoalan yang ditemukan dalam perjalanan dengan cara-cara yang bijak. Kita jangan terpancing dan terperangkap dalam perilaku mereka. Kita tetap menghindari kekerasan dan menjauhi kekasaran. Ikhtiarkan dan usahakan dengan sungguh-sungguh agar tidak terjadi konflik dan bentrok. Tetapi andaikata terjadi pula hal yang tidak diharapkan, maka hadapilah dengan kepala dingin, berpikir jernih, dan hati yang bersih. Sehingga kita dapat menjinakkan hati dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan bersabar ketika dizhalimi.

Kita dalam melaksanakan tugas dakwah harus banyak membangun interaksi yang baik dan bersikap lemah lembut dan ramah dengan siapa pun. Dengan non Muslim dan apalagi dengan sesama Muslim. Dalam berdialog dan berdiskusi dengan mereka yang beda pendapat dengan kita, apabila kita mengacu pada Qs. An-Nahl [16]: 125 dan Qs. Fushshilat [41]: 34, kita memperoleh tuntunan berupa perintah berdialog dan berdiskusi tidak cukup dengan cara yang baik. Tetapi kita diperintahkan agar menggunakan cara yang paling baik. Jika ada dua cara dialog dan diskusi, yang satu baik sedangkan yang satu lagi lebih baik, maka kita wajib berdialog dan berdiskusi dengan menggunakan cara yang lebih baik. Cara yang disebutkan terakhir itu pasti lebih besar faedah dan manfaatnya. Karena tentu menarik hati, lebih mendekatkan jiwa serta menjauhkan perselisihan dan permusuhan. Kalau cara atau metode berdialog dan berdiskusi dengan non Muslim saja seperti itu, apalagi dalam berdialog dan berdiskusi dengan sesama Muslim yang masih seakidah dan dalam bingkai ukhuwwah Islamiyah semestinyalah lebih baik lagi.

Sebagai anggota Muhammadiyah, kita dituntut untuk menjadi da'i yang bijak. Da'i yang bijak tentulah berperilaku bijak, berakhlak mulia lagi terpuji yang tegak kokoh berdiri di atas landasan dasar tauhid. Berdakwah dengan cara yang bijak akan dapat respon dan sambutan dari masyarakat. Berdakwah dengan cara seperti itu besar pengaruhnya dalam menarik masyarakat, termasuk orang-orang yang dianggap potensial dan mempunyai pengaruh di masyarakat*

Materi Dasar Latihan Pidato

Materi latihan berpidato sesungguhnya memperkenalkan kepada peserta akan definisi atau pengertian berpidato, teori berpidato, cara atau teknik berpidato, cara mendapatkan materi pidato, teknik mengolah informasi menjadi materi pidato, teknik menguasi audien atau pendengar dan juga persiapan berpidato.

Namun dalam materi dasar latihan pidato ini tidak semuanya akan disampaikan. Hanya hal-hal tertentu saja yang sifatnya dasar dan perkenalan akan pidato. Secara ringkas, dalam materi dasar latihan pidato yang diberikan kepada anak SMA di Purbalingga ini meliputi : persiapan, yaitu hal-hal apa yang harus dipersiapkan sebelum memulai berpidato. Selanjutnya dikenalkan dengan saat berlangsungnya pidato. Apa saja yang termasuk di dalamnya disampaikan. Kemudian yang terakhir adalah disampaikan akan pentingnya evaluasi setelah berpidato.

Selain hal-hal di atas, materi yang lain tidak disampaikan dalam kesempatan ini. Mungkin bila ada latihan pidato lanjutan.

Berpidato perlu dilatih. Dan latihannya sejak dini. Semakin intens berlatih berpidato maka semakin mahir pula dia menyampaikan materi kepada pendengar. Dengan tekun berlatih maka akan dikuasai teknik dan cara berpidato yang baik. Dengan demikian, kelak dikemudian hari akan menjadi orator ulung. Sehingga ditangannya, sesuatu yang sederhana menjadi sangat menarik untuk didengarkan dalam ceramahnya.

Berpidato, sebagaimana berbicara ada seninya. Dengan seni maka berpidato jadi indah dan menarik. Bila menarik maka para pendengar atau audien akan betah untuk mendengarkan isi ceramah yang disampaikan oleh muballighnya. Sebaliknya, bila tidak ada seninya tentu materi yang sangat baik menjadi tidak menarik.

Berikut ini adalah materi dasar latihan pidato yang saya sampaikan saat ada latihan dasar pidato tingkat SMA di kabupaten Purbalingga.

1. Persiapan
    1.1. Fisik (Sehat, Bersih, Makan, Minum, dll.)
    1.2. Mental (Tenang, Khusyu’, Tawakkal, dll)
    1.3. Pakaian (Rapi, Bersih, Indah, dll)
    1.4. Transportasi (Cek Keadaan Kendaraan, dll)
    1.5. Materi
           1.5.1. Memahami Thema
           1.5.2. Menelusuri dalil
           1.5.3. Mencari bahan bacaan
           1.5.4. Mencari informasi ttg hal-hal yang belum tahu

2. Pelaksanaan
    2.1. Pendahuluan
           2.1.1. Salam pembuka
           2.1.2. Puji-pujian kepada Allah
           2.1.3. Penghormatan kepada hadirin
           2.1.4. Ta’aruf (bila perlu)
    
     2.2. Inti
            2.2.1. Mimik
            2.2.2. Artikulasi
            2.2.3. Body Movement
            2.2.4. Diksi
            2.2.5. Intermezo (selingan)
            2.2.6. Komunikatif
            2.2.7. Memahami audien
            2.2.8. Dll
    
     2.3. Penutup
             2.3.1. Mengakui kekurangan, permohonan maaf, memuji Allah dan salam penutup

3. Evaluasi
    3.1. Melakukan evaluasi terhadap quality pidato : merekam, bertanya ataupun mendengar


 Refleksi

Pidato merupakan salah satu cara kita berdakwah. Berdakwah adalah hukumnya wajib. Artinya mengajak kepada kebaikan dan mencegah terjadinya kumungkaran adalah tugas individu yang harus dikerjakan. Kita bisa memilih dengan metode apa kita berdakwah. Bila kita ingin berdakwah dengan cara ceramah (berpidato) maka kita harus melatih diri berbicara dan bertutur persuasif dengan baik. Muballigh seperti KH Zaenuddin MZ (almarhum) dan atau yang lain menjadi sedemikian hebatnya berpidato tidaklah mendadak bisa, tetapi benar-benar buah dari latihan yang serius.

Dasar atau DalilDakwah

QS. Ali Imran : 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

QS. Ali Imran : 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ......(الاية

Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah….”

QS. An-Nahl : 125

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Friday, 25 November 2011

Akhlak atau Etika Keseharian

Akhlak (akhlaq) atau karakter atau juga budi pekerti atau juga bisa disebut dengan etika keseharian merupakan tema kita kali ini. Semua itu merupakan bagian dari pendidikan yang sangat penting sehingga perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak. Materi Dakwah Islam dan Kultum ikut bertanggung jawab dalam hal ini. Maka dari itu, posting kali ini khusus terkait dengan tema di atas.

Dalam posting ini akan di sampaikan tentang pengertian, prinsip-prinsip, macam-macam berdasarkan kategori, dan contoh-contoh penerapan akhlak (akhlaq) dalam kehidupan sehari-hari.

Posting ini diharapkan dapat dipedomani atau dijadikan tuntunan dan dilaksanakan dengan baik. dengan demikian hidup kita menjadi sangat indah. Ya sangat indah karena kita adalah manusia dan bertindak serta bersikap sebagai manusia, bukan sebagai hewan. Artinya, kita adalah manusia jasmani dan rohani. Bukan sekedar manusia jasmani atau fisik dan casing-nya saja, melainkan benar-benar manusia hingga rohaninya.

Pengertian Akhlak


حَالٌ نَفْسِيَّةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا اْلاَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ

Akhlaq adalah : suatu keadaan jiwa yang menjadi sumber keluarnya perbuatan dengan mudah

Prinsip - prinsip Akhlak atau Etika


• Manusia adalah makhluk Allah paling sempurna
• Akhlak = kehormatan dan ketinggian martabat
• Manusia ≠ binatang
• Jangan kehilangan rasa malu

Akhlak atau Etika Keseharaian Meliputi :


1. Akhlak di tempat Ibadah
2. Akhlaq dalam pergaulan
3. Akhlaq dalam berpakaian
4. Akhlaq dalam berbicara/tertawa
5. Akhlaq dalam makan/minum
6. Akhlaq ketika buang air
7. Akhlaq bertamu
8. Akhlaq di tempat (fasilitas) umum
9. Dll.

Akhlak atau Etika di tempat ibadah


1. Berpakaian dengan sopan dan rapi
2. Masuk dengan kaki kanan lebih dahulu
3. Membaca do’a
4. Shalat takhiyyatul masjid
5. Berjalan dan duduk dengan sopan
6. Segera membuat saff dengan tertib, dan diawali dari tengah baris depan
7. Banyak berdizikir dan menghidarkan berbicara (tertawa)
8. Manjauhi segala ketidaksopanan
9. Mendahulukan kaki kiri ketika keluar
10. Membaca do’a

Akhlak atau Etika dalam pergaulan


1. Kepada orang tua

a. Menghormati dan menghargai
b. Mendengarkan ucapannya
c. Sopan dan santun dalam bertutur dan bersikap
d. Mentaati perintah dan larangannya
e. Menjaga kehormatan dan martabat orang tua (mikul duwur, mendhem jero)

2. Kepada lawan jenis

a. Menjaga jarak (karena bukan muhrim/mahrom)
b. Mempertebal rasa malu
c. Melindungi kehormatan/farj

Akhlak atau Etika dalam berpakaian


1. Menutup aurat
2. Menjaga kesopanan
3. Tidak mewah dan berlebihan
4. Tidak melupakan sisi keindahan

Akhlak atau Etika dalam berbicara dan tertawa


1. Tidak meninggikan/mengeraskan suara
2. Suara tidak dibuat-buat
3. Berbicara dan tertawa seperlunya
4. Muatan dan isi bicara bermutu
5. Menunjukkan rasa hormat dan penghargaan
6. Menghindari kata-kata kotor, jorok, kasar dsb.

Akhlak atau Etika dalam makan dan minum


1. Mengawali dengan basmalah dan do’a
2. Menggunakan tangan kanan
3. Tidak berbicara
4. Mengambil yang terdekat
5. Duduk
6. Tidak meniup
7. Secukupnya
8. Tidak mewah
9. Mengakhiri dengan hamdalah dan do’a

Akhlak atau Etika buang air


1. Membaca do’a sebelum masuk wc
2. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk wc
3. Tidak menghadap arah qiblat shalat
4. Menanggalkan ayat-2 Al-Qura’an, Hadits, lafadh Allah dan N. Muhammad
5. Di tempat tertutup
6. Dengan jongkok
7. Tidak berbicara
8. Tidak pada lubang tanah (liang, liang, rong)
9. Tidak pada air yang berhenti atau dimanfaatkan
10. Tidak pada tempat berteduh (pohon, dsb)
11. Disiram hingga hilang wujud dan bau
12. Bersuci
13. Keluar dengan kaki kiri lebih dahulu
14. Berdo’a ketika keluar

Akhlak atau Etika bertamu


1. Ketuk pintu
2. Mengucapkan salam
3. Lewat pintu depan
4. Berpakaian dan bertutur kata yang sopan
5. Memakan hidangan sekedarnya
6. Menjaga kesopanan dalam sikap dan prilaku
7. Menghormati tuan rumah
8. Berpamitan ketika hendak pulang
9. Mengucapkan salam

Akhlak atau Etika di tempat (fasilitas) umum


1. Menjaga kesopanan
2. Menyadari bahwa fasilitas umum adalah milik bersama yang harus dijaga dan dirawat
3. Memanfaatkan tidak dengan berlebihan
4. Menghindari pengrusakan
5. Ikut menjaga dan merawat

Refleksi


انما بعثت لأتمم مكارم الاخلاق
لقد خلقنا الانسان في احسن تقويم. ثم رددناه اسفل سافلين

Bentuk-bentuk dan Macam Kejujuran

Mengenai kejujuran, ada beberapa topik atau tema yang terkait. Misalnya adalah pengertian, manfaat, bentuk dan macamnya, sebab-sebab harus jujur, cara menjadi orang jujur, dan cara menjaga kejujuran.

Dalam kesempatan ini, tidak semua topik atau tema kejujuran akan dibahas oleh Materi Dakwah Islam dan Kultum, tetapi hanya terbatas pada bentuk dan macam kejujuran. Sedangkan yang lain, insya Allah dibahas pada kesempatan yang lain.

Ada beberapa bentuk atau macam kejujuran yang harus senantiasa dilakukan oleh seorang, baik muslim atau bukan. Jujur adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Apalagi dalam kontek Indonesia. Penting bagi Indonesia karena Negara ini banyak terjadi korupsi dalam berbagai lini dan tingkatan. Baik yang individu maupun kolektif. Menjadi sebuah keniscayaan, bila kejujuran menjadi semangat bersama.

Adapun bentuk, macam, dan aneka pegelompokan kejujuran adalah sebagai berikut:

1. Jujur niat dan kemauan (shidqu an-niyyah wa al-'azm)

Adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hnaya mengharap ridha Allah swt. Nilai sebuah amal di hadapan Allah swt. sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguh-nya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya.

Selain itu, seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila ia sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akania lakukan. Kadang sesuatu yang benar belum tentu bermanfaat di masyarakat tertentu. Demikian juga sesuatu yang bermanfaat belum tentu benar. Oleh karena itu, pertim-bangan benar dan bermanfaat secara bersamaan perlu dikedepankan.

2. Jujur dalam perkataan (shidqu al-lisan)

Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling populer di tengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah swt. dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski hanya sekali apalagi sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Rasu¬lullah mengingatkan:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« اضْمَنُوا لِى سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنُ لَكُمُ الْجَنَّةَ اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ

"Jaminlah kepadaku enam perkara dari dirt kalian, niscaya aku men-jamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemahian kalian, tiinduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian" (HR. Ahmad)

3. Jujur ketika berjanji (shidq al-wa 'ad)

Seorang muslim yang jujur akan senantiasa menepati janji-janjinya kepada siapapun, meskipun hanya terhadap anak kecil. Nabi bersabda:

عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم انه قال من قال لصبي تعال هاك ثم لم يعطيه فهي كذبة

"Barangsiapa berkata kepada anak kecil, kemari soya beri korma ini, kemudian dia tidak memberinya, maka dia telah melakukan kebo-hongan" (HR. Ahmad)

Orang yang sering mengingkari janji juga akan kehilangan kepercayaan orang lain, bahkan akan mendapatkan label munafik, sebagaimana sabda Rasulullah:

عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان

“Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu: jika berkata ia dusta, jika berjanji, ia ingkar, dan jika diper¬caya, ia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim)

Sementara itu, Allah memberi pujian orang-orang yang jujur dalam berjanji. Dia memuji Nabi Ismail a.s. yang menepati janji-nya sebagai berikut:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولاً نَّبِيًّا

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ismail di dalam al-Qur 'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi” (Qs. Maryam[19]: 54)

4. Jujur dalam bermu'amalah (shidq al-mu 'amalah)

Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu'amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim. Ketika ia menjual tidak akan me-ngurangj takaran dan timbangan. Pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran.

Orang yang jujur dalam bermu'amalah juga senantiasa bersikap santun, tidak sombong dan tidak pamer (riya). Jika orang tersebut melakukan atau meninggalkan sesuatu, semuanya da¬lam koridor Allah swt. Ia tidak tamak dan serakah dalam bermu'amalah.

Barang siapa yang selalu bersikap jujur dalam bermu'amalah maka dia akan menjadi kepercayaan masya¬rakat. Semua orang akan merasa nyaman dan aman berinteraksi dan bermu'amalah dengannya.

5. Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan (shidq al-hal)

Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak memakai topeng dan baju kepalsuan, tidak mengada-ada dan menampilkan diri secarabersahaja. Rasulullah saw. bersabda:

عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي ضَرَّةً فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ إِنْ تَشَبَّعْتُ مِنْ زَوْجِي غَيْرَ الَّذِي يُعْطِينِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ

“Seorang perempuan bertanya, : Ya Rasulullah, aku mempunyai kebutuhan. Maka apakah aku berdosa jika aku berpura-pura telah dicukupi kebutuhanku oleh suamiku dengan apa yang tidak diberikan kepadaku? Rasul bersabda : orang yang berpura-pura tercukupi dengan apa yang tidak diterimanya sama dengan orang yang memakai dua pakaian palsu” (HR Bukhari)

Maksud hadits ini adalah orang yang berhias dengan sesuatu yang bu-kan miliknya supaya kelihatan kaya, ia sama seperti orang yang memakai dua kepribadian. Orang yang memiliki sifat shidq al-hal tidak akan memak-sakan diri untuk memiliki dan menik-mati sesuatu yang di luar jangkauan kemampuannya. Dia sudah merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya sembari berikhtiar untuk menggapai keinginan-keinginan yang diharapkannya.

Tuesday, 22 November 2011

Hukum Badal Haji atau Haji Amanat

Masalah hukum Islam yang menjadi topik posting kali ini adalah terkait dengan badal haji atau haji amanat bagi orang yang sudah meninggal. Hal-hal yang dibahas dalam posting ini adalah hukum badal haji atau haji amanah, waktu dan siapa yang boleh melaksanakan badal haji. 

Beberapa kesempatan yang lalu saya ditanya tentang bolehkah badal haji atau haji amanat? Bagaimana caranya? dan karena pertanyaan ini saya memposting tema ini. Dan kebetulan pula belum lama berselang saya telah menyampaikan dalam Majlis Ta'lim di masjid kampung saya.

Ibadah haji telah selesai. Sebagian dari para tamu Allah telah kembali ke tanah air. Namun masih ada masalah yang ditanyakan jamaah pengajian tempat saya, yaitu seputar topik di atas.

Pengertian Badal haji atau haji amanat adalah ibadah haji yang dilaksanakan oleh seseorang atas nama orang lain yang telah memiliki kewajiban untuk menunaikan ibadah haji, namun karena karena alasan tertentu, orang yang ersangkutan uzur (berhalangan) sehingga tidak dapat melaksanakannya sendiri, maka pelaksanaan ibadah tersebut diwakilkan kepada orang lain.

Badal haji ini menjadi masalah hukum Islam karena ada beberapa ayat AI-Qur'an yang dapat difahami bahwa seseorang hanya akan mendapatkan pahala dari hasil usahanya sendiri. Maksudnya adalah, seseorang tidak da­pat mendapatkan pahala dari peribadatan orang lain. Atau seseorang tidak bisa melakukan suatu peribadatan untuk orang lain dan pahala dari peribadatan itu tetap bagi orang yang melakukannya bukan bagi orang lain.

Tetapi ada juga Hadits Nabi saw yang menerangkan bahwa seorang anak dapat melaksanakan ibadah haji untuk orang tuanya atau seseorang melaksanakan haji untuk saudaranya yang telah uzur baik karena sakit, usia tua atau telah meninggal dunia, padahal ia sudah berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji.

Adapun ayat-ayat Al-Qur'an yang dimaksud antara lain:

a. Surat Al-Baqarah ayat 286:

...لَهَا مَا كَسَبَتَ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ...

Artinya: "...iamendapatpahala (dari kebajikan) yang diusahakannya, dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang di-kerjakannya..." (Qs. Al-Baqarah [2]: 286)

b. Surat Yasin ayat 54:

فاليوم لا تظلم نفس شيئا ولا تجزون إلا ما كنتم تعملون

Artinya: "Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun, dan kamu tidak dibalas kecuali dengan apa yang te­lah kamu kerjakan." (Qs. Yasin [36]: 54)

c. Surat An-Najm ayat 38 dan 39:

اَلاَّ تَزِرُوْا وَازِرَةُ وِزْرَ اُخْرٰى. وَاَنْ لَيْسَ لِلاِنْسَانِ اِلاَّ مَا سَعٰي

Artinya: "(yaitu) bahwasanya sese­orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya sese­orang manusia tidak memperoleh sesuatu selain dari apa yang telah diusahakannya." (Qs. An-Najm [53]: 38-39)

Sedangkan hadits-Hadits yang dapat dijadikan pedoman dan petunjuk dibolehkannya seorang anak menunaikan iba­dah haji atas nama orang tuanya dan sese­orang melaksanakan haji untuk saudara­nya, di antaranya adalah:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلمفَقَالَتْ إِنَّ أُمِّى نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَمَاتَتْ قَبْلَ أَنْ تَحُجَّ أَفَأَحُجَّ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ حُجِّى عَنْهَا ، أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَتَهُ » . قَالَتْ نَعَمْ . فَقَالَ « فَاقْضُوا الَّذِى لَهُ ، فَإِنَّ اللَّهَ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ

Artinya: "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., bahwa seorang perempuan datang ke­pada Nabi saw, laluberkata: Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk berhaji, lalu ia meninggal dunia sebelum ia melaksanakan haji, apakah saya harus menghajikannya? Nabi saw bersabda: Ya hajikanlah untuknya, bagaimana pendapatmu seandainya ibumu memiliki tanggungan hutang, apakah kamu akan melunasinya? la menjawab: Ya. Lalu Rasulullah saw bersabda: Tunaikanlah hu tang (janji) kepada Allah, karena sesungguh-nya hutang kepada Allah lebih berhak untuk dipenuhi.''[HR. al-Bukhari]

عن ابي هريرة ان رسول الله ص م قال إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hura-irah ra., apabila seorang manusia mening­gal dunia, terputuslah amal perbuatannya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya.''[HR. Muslim]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ الْفَضْلِ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ خَثْعَمَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِى شَيْخٌ كَبِيرٌ عَلَيْهِ فَرِيضَةُ اللَّهِ فِى الْحَجِّ وَهُوَ لاَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْتَوِىَ عَلَى ظَهْرِ بَعِيرِهِ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحُجِّى عَنْهُ

Artinya: "Bahwasanya seorang wanita dari Khas'am berkata kepada Rasuiullah saw: Ya Rasuiullah sesungguhnya ayahku telah tua rente, baginya ada kewajiban Allah dalam berhaji, dan dia tidak bisa du-duk tegak di atas punggung onta. Lalu Nabi saw bersabda: Hajikanlah dia."[HR. Mus­lim dan jamaah ahli Hadits]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ مِنْ خَثْعَمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أَبِي أَدْرَكَهُ الْإِسْلَامُ وَهُوَ شَيْخٌ كَبِيرٌ لَا يَسْتَطِيعُ رُكُوبَ الرَّحْلِ وَالْحَجُّ مَكْتُوبٌ عَلَيْهِ أَفَأَحُجُّ عَنْهُ قَالَ أَنْتَ أَكْبَرُ وَلَدِهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ عَلَى أَبِيكَ دَيْنٌ فَقَضَيْتَهُ عَنْهُ أَكَانَ ذَلِكَ يُجْزِئُ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَاحْجُجْ عَنْهُ

Artinya: "Seorang laki-laki dari bani Khas'am menghadap kepada Rasuiullah saw, ia berkata: Sesungguhnya ayahku masuk Islam pada waktu ia telah tua, dia tidak dapat naik kendaraan untuk haji yang diwajibkan, bolehkan aku menghajikan-nya? Nabi saw bersabda: Apakah kamu anak tertua ? Orang itu menjawab: Ya. Nabi saw bersabda: Bagaimana pendapatmu jika ayahmu mempunyai hutang, lalu eng-kau membayar hutang itu untuknya, apa­kah itu cukup sebagai gantinya? Orang itu menjawab: Ya. Maka Nabi saw bersab­da: Hajikanlah dia."(HR Ahmad)

Dikalangan fuqaha muncul perbedaan pendapat dalam masalah badal haji. Perbedaan didasarkan pada pemahaman ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits-Hadits sebagaimana tersebut di atas.

Pendapat pertama mengatakan, bahwa Hadits-Hadits tersebut bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Karena bertentangan, Hadits-Hadits tersebut tidak dapat diamalkan. Hadits-Hadits itu zhanni sedangkan ayat Al-Qur'an qath'i. Pendapat ini didukung oleh ulama Hanafiyah.

Pendapat kedua, ulama' lain seperti Ibnu Hazm berpendapat bahwa Hadits Ahad mempunyai kekuatan qath'i sehingga dapat mengecualikan atau mengkhususkan ayat Al-Qur'an.

Pendapat ketiga yang dikemukakan oleh ulama Mutakallimin khususnya ulama Syafi'iyah. Mereka berpebdapat bahwa Hadits Ahad apalagi Hadits Mutawatir dapat mentakhsis atau menge­cualikan ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, menurut mereka anak bahkan orang lain pun dapat melaksanakan haji atas na­ma orang tuanya atau orang lain. Pelaksanaan haji yang demikian ini disebut "badal haji" atau "haji amanat".

sedangkan pen­dapat dari kalangan ulama Tarjih Muham­madiyah, Hadits Ahad dapat mentakhsis ayat Al-Qur'an, yakni sebagai bayan (penjelas). Contohnya dalam masalah wakaf, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah menetapkan bahwa orang yang berwakaf akan tetap mengalir pahalanya sekalipun ia telah meninggal dunia berdasarkan Ha­dits riwayat Muslim yang menyatakan bah­wa apabila manusia meninggal dunia putuslah amalnya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang selalu mendoakan kedua orangtuanya, sebagaimana dikutip di atas. Hadits ini secara lahiriyah tampak berten-tangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an ter­sebut di atas, namun Hadits ini juga dapat diartikan sebagai takhsis (pengkhususan) atau bayan (penjelas) terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tersebut.

Dengan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits-Hadits serta keterangan di atas, maka haji bagi seseorang yang telah memenuhi kewajiban haji tetapi tidak dapat melakukannya karena udzur atau ka­rena sudah meninggal dunia padahal ia su­dah berniat atau bernadzar untuk menunai­kan ibadah haji, hanya dapat dilakukan oleh anak dan saudaranya (ahli warisnya) pada asyhuri al-hajj (musim haji), hanya saja pengganti harus telah berhaji terlebih dahulu, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits berikutini:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- سَمِعَ رَجُلاً يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ. قَالَ « مَنْ شُبْرُمَةَ ». قَالَ أَخٌ لِى أَوْ قَرِيبٌ لِى. قَالَ « حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ ». قَالَ لاَ. قَالَ « حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ


Artinya:"Dari Ibnu Ab­bas ra bahwasanya Nabi saw mendengar seseorang berkata labbaik (aku datang memenuhi panggilanmu) dari (untuk) Syubrumah. Rasuiullah sawbertanya; Si-apakah Syubrumah itu, ia menjawab; sau-daraku atau kerabatku, lalu Rasuiullah ber-tanya; Apakah kamu sudah berhaji untuk dirimu? la menjawab; Belum. Lalu Rasu­iullah saw bersabda; Berhajilah untuk dirimu (terlebih dahulu) kemudian kamu ber­haji untuk Syubrumah." (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)